Moskow (ANTARA) - Rusia akan membela kepentingan nasionalnya dalam pertemuan puncak antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Alaska pada Jumat mendatang, kata Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexey Fadeyev, Rabu (13/8).
“Mengenai tujuan delegasi Rusia dalam negosiasi di Alaska, semuanya semata-mata didasarkan pada kepentingan nasional,” ujarnya kepada Anadolu dalam konferensi pers di Moskow.
Menanggapi laporan tentang kemungkinan pertukaran wilayah antara Rusia dan Ukraina, Fadeyev menegaskan, “Struktur teritorial Federasi Rusia diatur dalam Konstitusi negara kami, dan itu bersifat final.”
Pada 2022, Rusia “menggabungkan” empat wilayah Ukraina, yang oleh Barat disebut sebagai “pencaplokan (aneksasi).” Moskow tidak sepenuhnya menguasai wilayah tersebut, namun mengendalikan sebagian wilayah lain seperti Sumy, Kharkiv, dan Dniepr.
Sejumlah laporan media menyebut Rusia mungkin akan menukar wilayah tersebut untuk mendapatkan kendali penuh atas empat wilayah yang diklaim.
Fadeyev juga mengonfirmasi kehadiran Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov dalam pertemuan mendatang.
“Ya, saya bisa memastikan partisipasi Lavrov dalam acara yang direncanakan Jumat depan di Alaska,” ujarnya, sambil mengarahkan pertanyaan tentang rincian agenda kepada Kremlin.
Pejabat itu mengatakan pertemuan tersebut seharusnya membahas “semua masalah yang menumpuk, mulai dari krisis Ukraina hingga hambatan dalam membangun dialog bilateral yang normal dan fungsional.”
Pekan lalu, Trump mengumumkan pertemuan di Alaska, yang kemudian dikonfirmasi oleh Penasihat Presiden Rusia Yury Ushakov. Keduanya menyebut fokus pembahasan adalah penyelesaian damai untuk Ukraina, dengan rencana pertemuan lanjutan di Rusia.
Menanggapi upaya Uni Eropa yang disebut-sebut ingin memengaruhi Washington sebelum pertemuan puncak, Fadeyev menilai langkah tersebut sebagai “tindakan yang tidak signifikan secara politik maupun praktis.” Para pemimpin Eropa menggelar pertemuan virtual pada Rabu, yang dihadiri Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Diplomat itu juga menuduh Kiev meningkatkan “aksi teror” menjelang pertemuan puncak, merujuk pada laporan Kementerian Pertahanan yang menuding adanya rencana serangan rekayasa di Kharkiv terhadap fasilitas sipil untuk menyalahkan Rusia dan menggagalkan pembicaraan Putin-Trump.
Menurut Fadeyev, Kiev “tidak memikirkan perdamaian dan menganggap negosiasi hanya sebagai cara untuk memperpanjang pertempuran dan mempertahankan kekuasaan.”
Saat ditanya mengenai inisiatif Rusia membentuk tiga kelompok kerja untuk membahas berbagai aspek penyelesaian konflik Ukraina, ia mengatakan Moskow masih menunggu tanggapan Kiev terkait pembentukan kelompok negosiasi tersebut.
Terkait kemungkinan pasokan senjata dari Azerbaijan ke Ukraina, Fadeyev memperingatkan hal itu akan memperburuk konflik.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Uni Eropa kecuali Hungaria dukung hak Ukraina tentukan masa depan
Baca juga: Oposisi: Eropa manfaatkan Zelenskyy sabotase pembicaraan perdamaian
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.