London (ANTARA) - Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, Rabu (13/8) mengunjungi pasukan AS yang ditempatkan di Gloucestershire, Inggris, dalam kunjungan penting ke Inggris untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Eropa mengenai perang di Ukraina.
Kunjungan ini dilakukan menjelang pertemuan Presiden Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat di Alaska.
Vance mengatakan kunjungan tersebut merupakan bagian dari upaya memperkuat hubungan dengan sekutu Eropa, sekaligus mendorong mereka untuk mengambil “peran lebih besar” dalam pembahasan mengenai konflik yang ia sebut berada “di halaman belakang” mereka.
Dalam pidatonya di hadapan pasukan AS di pangkalan tersebut, Vance memuji peran mereka dalam memperkuat pengaruh Amerika Serikat di luar negeri.
“Saya rasa jika kita melihat kembali enam bulan terakhir, melihat jumlah nyawa yang kita selamatkan di Rwanda dan Kongo — di mana presiden mengakhiri perang selama 30 tahun — melihat apa yang telah kita lakukan di Asia Timur, di mana presiden mengakhiri konflik, di Serbia-Kosovo, di mana presiden membawa perdamaian ke wilayah itu, dan sekarang, dalam beberapa hari lagi, presiden akan menuju Anchorage, Alaska, untuk mencoba mengakhiri perang yang mengerikan di Rusia dan Ukraina, semua itu bisa terjadi berkat kalian,” ujarnya.
“Kalian adalah alasan kami bisa memasuki negosiasi dengan kekuatan. Kalian adalah alasan kami memiliki posisi tawar dalam pembicaraan dengan para pemimpin dunia, karena mereka tahu bahwa jika kami membuat kesepakatan, kesepakatan itu didukung oleh pasukan tempur terbaik di dunia.”
Kunjungan Vance juga mencakup pertemuan dengan pejabat senior Eropa saat Washington berupaya menyelaraskan posisinya sebelum pertemuan Trump-Putin.
Pertemuan tatap muka tersebut akan menjadi yang pertama antara presiden Rusia dan AS yang sedang menjabat sejak 2021, ketika Putin bertemu dengan Presiden AS saat itu, Joe Biden, di Jenewa, Swiss.
Pertemuan itu juga akan menjadi kali pertama seorang presiden Rusia menginjakkan kaki di Alaska sejak Kekaisaran Rusia menjual wilayah tersebut kepada Amerika Serikat pada 1867.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Trump ancam Putin "konsekuensi sangat berat" jika tidak akhiri perang
Baca juga: KTT BRICS: Putin sebut model globalisasi liberal sudah usang
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.