Liputan6.com, Jakarta - Kulit kaki menghitam sering kali dianggap sebagai gejala diabetes. Namun, siapa sangka, kondisi serupa bisa jadi itu adalah tanda varises.
Varises adalah kondisi medis yang tidak hanya berdampak pada penampilan, tapi juga dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.
Dokter spesialis bedah vaskular, dr. Yuliardy Limengka, B.Med.Sc., Sp.B, Subsp.BVE(K) mengatakan bahwa gaya hidup modern yang minim aktivitas fisik menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kasus varises saat ini.
Varises terjadi ketika pembuluh darah vena melebar dan berfungsi dengan buruk, sehingga darah tidak dapat kembali ke jantung dengan efektif.
Hal ini sering kali disebabkan oleh gaya hidup sedentari, di mana banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam duduk tanpa bergerak.
Statistik menunjukkan bahwa sekitar 65-80% orang di dunia mengalami varises, meskipun tidak semuanya memerlukan tindakan operasi.
Perubahan warna kulit kaki menjadi kehitaman adalah salah satu ciri khas varises yang sering diabaikan.
Banyak yang menyangka bahwa kondisi ini adalah gejala diabetes, padahal sebenarnya ini adalah tanda adanya masalah pada pembuluh darah.
Mengapa Kulit Kaki Menghitam?
Perubahan warna kulit kaki menjadi kehitaman disebabkan oleh inflamasi dan hemosiderin staining, yaitu akumulasi zat besi dari darah yang bocor ke kulit.
"Kondisi ini dikenal dengan istilah dermatitis stasis, yang terjadi akibat darah menumpuk di area bawah kaki," kata di Grand Opening Indonesia Vein Center (IVC) by dr. Yuliardy di T-Space Bintaro 9 pada Sabtu, 20 September 2025.
"Jika Anda melihat bercak hitam di kaki, sebaiknya curigai varises terlebih dahulu sebelum mengaitkannya dengan diabetes," tambahnya.
Meskipun diabetes juga dapat menyebabkan kulit kaki menghitam, seperti pada kondisi akantosis nigrikans, luka akibat varises biasanya muncul di sisi dalam kaki, sedangkan luka akibat diabetes seringkali muncul di ujung jari.
Direktur IVC Beyoutiful Aesthetic Clinic ini menambahkan bahwa memahami perbedaan ini sangat penting untuk diagnosis yang tepat.
Faktor Risiko Varises pada Wanita
Wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami varises, terutama karena faktor hormonal. Perubahan hormon estrogen dan progesteron, terutama saat menstruasi atau kehamilan, dapat memicu pembentukan pembuluh darah baru.
"Saat hamil, tekanan dalam perut meningkat, sehingga aliran darah dari kaki ke jantung terhambat, yang mengakibatkan kaki semakin bengkak," tambah dr. Yuliardy.
Selain itu, penggunaan sepatu hak tinggi juga menjadi faktor risiko. Saat memakai sepatu hak tinggi, otot kaki tidak bekerja optimal untuk memompa darah kembali ke jantung.
Sebaiknya, pilih sepatu yang lebih nyaman seperti kitten heel atau sepatu datar untuk mengurangi risiko varises.
Olahraga yang Aman untuk Penderita Varises
Tidak semua olahraga cocok untuk penderita varises. Aktivitas dengan dampak tinggi seperti tenis atau lari maraton justru dapat memperburuk kondisi.
Dr. Yuliardy merekomendasikan tiga jenis olahraga yang aman, yaitu bersepeda santai, jalan cepat, dan berenang. "Ketiga olahraga ini dapat membantu menjaga kesehatan pembuluh darah kaki," ujarnya.
Varises merupakan stadium kedua dari penyakit vena kronis. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi luka kronis yang sulit sembuh.
"Ada pasien yang datang dengan luka yang tidak sembuh selama dua tahun, dan setelah dicek, ternyata penyebabnya adalah varises, bukan diabetes," ungkap dr. Yuliardy.
Komplikasi yang lebih serius adalah terbentuknya bekuan darah di pembuluh vena dalam, yang dapat berisiko fatal jika terbawa ke paru-paru.
Pemilihan penanganan varises sangat bergantung pada stadium penyakit dan hasil pemeriksaan. Prosedur yang paling umum dilakukan adalah ablasi laser.
"Varises seburuk apapun bisa diperbaiki, terutama jika pasien datang karena masalah estetika sekaligus kesehatan," pungkas dr. Yuliardy.