Liputan6.com, Jakarta Hoarding disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan kesulitan untuk membuang barang meski barang tersebut sebetulnya tak dibutuhkan.
Hoarding disorder kerap membuat rumah atau kamar penuh sesak dengan barang dan sampah hingga ruang gerak jadi amat minim.
Menurut psikolog Ratu Ade Waznah Sofwat dari RS EMC Pekayon setidaknya ada lima ciri seseorang mengalami hoarding disorder, yakni:
- Mengalami kesulitan untuk membuang barang, meskipun barang tersebut sudah rusak atau tidak terpakai
- Timbul perasaan cemas atau merasa tidak nyaman saat diminta untuk membuang barang yang dimilikinya
- Menyimpan barang secara berlebihan, bahkan barang yang sudah tidak berguna
- Rumah menjadi penuh sesak sehingga mengganggu aktivitas (misalnya sulit memasak, tidur atau bahkan bergerak)
- Relasi sosial menjadi terganggu karena orang lain menjadi tidak nyaman untuk berkunjung.
“Pernah menemukan rumah atau kamar seseorang dipenuhi barang menumpuk hingga sulit untuk bergerak? Kondisi ini bisa menjadi tanda hoarding disorder, yaitu kebiasaan menyimpan barang berlebihan dan enggan membuangnya,” kata Ratu mengutip laman EMC, Senin (22/9/2025).
Ratu menambahkan, hoarding disorder dapat dipicu beberapa faktor, termasuk:
Faktor Psikologis
- Adanya rasa takut kehilangan
- Sifat/karakteristik individu yang perfeksionis
- Adanya trauma kehilangan
Faktor Biologis
Ketidakseimbangan fungsi otak (terutama di area pengambilan keputusan & kontrol impuls)
Faktor Lingkungan
- Memiliki pengalaman hidup yang sulit
- Pola asuh yang keras atau penuh dengan kekurangan
Kondisi Terkait
- Sering muncul bersama dengan depresi
- Adanya kecemasan (anxiety)
- Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
- Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Dampak Hoarding Disorder
Hoarding disorder dapat memicu berbagai dampak, dalam aspek kesehatan fisik, masalah mental ini dapat meningkatkan risiko jatuh, kebakaran, sanitasi yang buruk, dan timbulnya penyakit.
Dari sisi kesehatan mental, hoarding disorder dapat memicu timbulnya stress, depresi, rasa malu, dan isolasi sosial.
Kehidupan sehari-hari pun dapat terganggu karena menjadi sulit untuk menggunakan ruang rumah secara baik hingga menurunkan kualitas hidup.
Relasi juga dapat terganggu karena terjadi konflik keluarga dan konflik sosial antar tetangga. Jika masalah antar tetangga terus berkelanjutan, maka tak jarang bisa sampai ke ranah hukum.
Diagnosis Hoarding Disorder
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), kriteria hoarding disorder ini meliputi:
- Mengalami kesulitan untuk membuang barang
- Adanya dorongan yang kuat untuk menyimpan barang
- Akumulasi barang yang membuat rumah tidak dapat digunakan sebagaimana seharusnya
- Menimbulkan penderitaan atau gangguan yang signifikan dalam kehidupan
- Tidak adanya kondisi medis lain yang menyertai (misal cidera otak) atau gangguan lainnya.
Penanganan Hoarding Disorder
Hoarding disorder dapat ditangani melalui psikoterapi. Ini adalah suatu bentuk terapi yang bertujuan membantu individu dalam mengatasi masalah-masalah psikologis agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya.
Beberapa bentuk psikoterapi, diantara nya:
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
- Membantu mengubah cara berpikir tentang masalah yang dihadapi dalam hal ini tentang kepemilikan barang
- Terapi keterampilan mengatur & pengambilan Keputusan.
Farmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat-obatan seperti :
- Antidepresan (jika ada depresi atau anxiety yang menyertai).
Dukungan keluarga & komunitas
Dukungan keluarga dan komunitas sangat penting bagi individu yang mengalami gangguan ini. Setidaknya dapat membantu dengan cara empati, bukan menghakimi. Keluarga dan komunitas dapat melakukan pendampingan kepada individu secara bertahap pada saat merapikan barang-barangnya
Self – help
Mengarahkan individu yang mengalami gangguan ini dengan cara:
- Diberikan arahan untuk membuat jadwal decluttering atau menyortir barang sedikit demi sedikit
- Melatih toleransi terhadap rasa cemas saat membuang barang.
Pencegahan dan Edukasi Hoarding Disorder
Hoarding disorder bukan sekedar “kebiasaan menimbun”, melainkan gangguan kesehatan mental yang serius, serta berdampak pada kehidupan pengidapnya dan lingkungannya.
Untuk itu, perlu adanya penanganan yang tepat, sehingga pengidap dapat keluar dari masalahnya dengan belajar mengelola dorongan menimbun dan belajar untuk meningkatkan kualitas hidupnya, dengan cara:
- Memberikan edukasi tentang meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental
- Belajar keterampilan manajemen barang sejak dini
- Memberikan dukungan pada individu dengan tanda awal hoarding.