Liputan6.com, Jakarta Kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan sekaligus harapan bagi setiap pasangan. Namun, di balik rasa bahagia itu, ada risiko yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah kondisi janin tidak berkembang atau sering disebut kehamilan kosong (blighted ovum) maupun kehamilan beku (missed abortion). Kondisi ini dapat terjadi sejak trimester awal hingga usia kehamilan lebih lanjut.
Dalam dunia medis, janin yang tidak berkembang berarti embrio berhenti tumbuh atau bahkan tidak terbentuk sama sekali, meski kantung kehamilan tetap ada. Hal ini tentu dapat menimbulkan trauma fisik dan emosional bagi ibu hamil maupun pasangan. Karena itu, memahami tanda janin tidak berkembang sangatlah penting agar deteksi dini bisa dilakukan.
Liputan6.com akan mengulas lebih detail mengenai tanda-tanda janin tidak berkembang, langkah yang perlu diambil bila mengalaminya, serta upaya pencegahan berdasarkan informasi dari laman kesehatan dan jurnal ilmiah, Senin (22/9/2025).
1. Detak Jantung Tidak Terdengar
Menurut Morula IVF, detak jantung janin biasanya sudah dapat terdeteksi melalui USG pada usia kehamilan 9–10 minggu. Jika pada usia ini detak jantung belum terdengar atau tiba-tiba berhenti, dokter akan mencurigai adanya tanda janin tidak berkembang.
2. Penurunan Hormon HCG
Hormon HCG adalah hormon kehamilan yang biasanya meningkat pada trimester awal. Penurunan kadar HCG secara signifikan dapat menjadi tanda keguguran atau janin yang berhenti berkembang (Morula IVF, 2023).
3. Morning Sickness Menghilang Mendadak
Mual muntah biasanya terjadi pada minggu ke-8 hingga ke-16 kehamilan. Jika keluhan ini tiba-tiba hilang, terlebih disertai bercak darah, bisa mengindikasikan janin tidak berkembang.
4. Ukuran Janin Terlalu Kecil (IUGR)
Dalam istilah medis disebut Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Hal ini dapat disebabkan anemia, diabetes, atau masalah pada plasenta yang menghambat penyaluran nutrisi ke janin (Kulakov, 2002).
5. Tinggi Fundus Tidak Sesuai Usia Kehamilan
Dokter biasanya mengukur tinggi fundus (puncak rahim) sesuai usia kehamilan. Jika terlalu kecil atau tidak sesuai, bisa menjadi tanda adanya masalah.
6. Tidak Ada Gerakan Janin
Gerakan janin biasanya mulai terasa di usia 16–20 minggu. Jika gerakan berhenti tiba-tiba, perlu segera dilakukan pemeriksaan USG.
7. Kram Perut Hebat
Kram parah yang disertai perdarahan dapat menjadi tanda kontraksi dini akibat janin yang berhenti berkembang.
8. Ketuban Pecah Dini
Pecahnya ketuban sebelum waktunya sering menandakan berhentinya perkembangan janin di dalam rahim.
9. Perdarahan Mendadak
Perdarahan banyak disertai nyeri punggung bawah bisa menjadi tanda keguguran atau janin yang tidak berkembang.
Menurut jurnal NCBI (2022), janin tidak berkembang (anembryonic pregnancy) biasanya disebabkan oleh kelainan kromosom, gangguan hormonal, infeksi, atau faktor usia ibu yang terlalu muda atau lebih dari 35 tahun.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Tanda Janin Tidak Berkembang?
Jika ibu hamil mengalami tanda-tanda di atas, langkah berikut perlu dilakukan:
1. Segera Konsultasi ke Dokter
USG transvaginal atau transabdominal dapat memastikan apakah janin berkembang atau tidak. Pemeriksaan kadar HCG juga membantu dalam diagnosis.
2. Menentukan Penanganan
Menurut American Pregnancy Association (2021), ada tiga metode utama penanganan kehamilan yang tidak berkembang:
- Expectant management: menunggu jaringan keluar secara alami.
- Terapi medis: menggunakan obat-obatan seperti misoprostol untuk mengeluarkan jaringan.
- Tindakan bedah: kuretase atau aspirasi vakum jika kondisi ibu berisiko atau perdarahan berat.
3. Perawatan Pasca-Tindakan
Setelah janin yang tidak berkembang dikeluarkan, perawatan dengan antibiotik atau terapi hormonal dapat diberikan untuk mencegah infeksi dan menjaga kesehatan rahim (Kandrašova, RAMP).
4. Dukungan Psikologis
Kehilangan janin bisa berdampak emosional. Konseling dan dukungan pasangan serta keluarga sangat dibutuhkan agar ibu bisa pulih secara mental.
Upaya Pencegahan Janin Tidak Berkembang
Mencegah sepenuhnya mungkin tidak selalu bisa dilakukan, namun risiko dapat ditekan dengan beberapa langkah:
1. Periksa Kesehatan Sebelum Hamil
Melakukan pemeriksaan prakonsepsi, termasuk cek infeksi, kesehatan rahim, dan kualitas sperma/sel telur.
2. Gaya Hidup Sehat
Hindari rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang. Perbanyak konsumsi makanan bergizi seimbang.
3. Kontrol Penyakit Kronis
Diabetes, hipertensi, atau gangguan tiroid dapat meningkatkan risiko janin tidak berkembang. Kontrol rutin sangat diperlukan.
4. Usia Kehamilan yang Tepat
Hamil di usia <18 tahun atau >35 tahun meningkatkan risiko keguguran (ggb.by). Merencanakan kehamilan di usia reproduktif yang ideal lebih dianjurkan.
5. Rutin Periksa Kehamilan
USG rutin membantu dokter memantau perkembangan janin sejak awal.
FAQ Seputar Kehamilan
1. Apa penyebab utama janin tidak berkembang?
Penyebabnya beragam, mulai dari kelainan kromosom, infeksi, masalah hormonal, hingga gaya hidup tidak sehat.
2. Apakah janin tidak berkembang selalu menyebabkan keguguran?
Ya, umumnya janin yang tidak berkembang akan berakhir dengan keguguran alami atau memerlukan tindakan medis.
3. Apakah janin tidak berkembang bisa terjadi lebih dari sekali?
Ya, terutama jika ada riwayat keguguran berulang atau masalah genetik. Konsultasi genetika bisa membantu.
4. Bisakah ibu hamil mencegah janin tidak berkembang?
Risiko bisa dikurangi dengan gaya hidup sehat, pemeriksaan prakonsepsi, dan kontrol rutin kehamilan.
5. Apakah setelah mengalami janin tidak berkembang bisa hamil kembali?
Bisa. Sebagian besar wanita dapat hamil sehat kembali setelah pemulihan fisik dan mental.