Liputan6.com, Jakarta Ahli neurologi Prof. Dr. dr. Yusak Mangara Tua Siahaan mengatakan kasus stroke pada anak muda memang jarang, tetapi bukan tidak mungkin terjadi.
“Kalau anak muda bisa karena pecah pembuluh darah. Kemarin pernah ada anak SMA, pecah pembuluh darah karena ada penyakit namanya aneurisma," jelasnya.
Kondisi ini menandakan pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan medis seperti MRI atau CT scan.
"Deteksi dini menjadi kunci dalam penanganan stroke. Pemeriksaan dengan MRI atau CT scan mampu menunjukkan adanya sumbatan atau perdarahan di otak," jelas Yusak dalam Press Conference Siloam Neuroscience Summit 2025 di Jakarta pada Sabtu, 20 September 2025.
Pemeriksaan ini juga penting bagi orang dengan faktor risiko tinggi, seperti perokok berat atau penderita gangguan jantung.
Lalu, ia menyebutkan bahwa kebiasaan merokok juga bisa mempercepat risiko stroke pada usia produktif. Sementara pada perempuan, gangguan irama jantung juga bisa menjadi pemicu. Dengan deteksi tepat waktu dan perubahan gaya hidup sehat, risiko stroke dapat ditekan.
Gejala Stroke
Yusak mengatakan bahwa stroke terjadi secara mendadak tanpa gejala awal.
“Stroke itu tidak ada gejala-gejala awal. Stroke itu begitu dia kena, dia sedang kena stroke,” kata Yusak.
Gejala stroke yang sering muncul antara lain mulut mencong, bicara pelo, atau sulit menelan.
Stroke datang secara tiba-tiba tanpa tanda awal, sehingga masyarakat perlu mengenali gejalanya sejak dini.
Yusak menegaskan, salah satu tanda paling jelas adalah perubahan fisik yang mendadak. Kondisi ini berbeda dengan sakit kepala biasa, yang sering disalahartikan masyarakat sebagai tanda stroke.
Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk segera membawa pasien ke rumah sakit begitu gejala muncul.
Semakin cepat penanganan diberikan, semakin besar peluang pasien pulih tanpa kecacatan permanen.