Jakarta (ANTARA) - Kemampuan dalam berbicara, berbahasa, dan berkomunikasi merupakan salah satu indikator penting dalam tahap perkembangan si buah hati. Namun, pada sebagian anak, proses tersebut dapat mengalami hambatan atau keterlambatan, yang dikenal sebagai speech delay.
Speech delay merupakan kondisi ketika anak mengalami keterlambatan dalam berbicara atau menyampaikan isi pikirannya. Anak mungkin bisa mengucapkan beberapa kata, tapi mengalami kesulitan dalam menghubungkannya menjadi kalimat yang utuh dan dimengerti. Sayangnya, masih banyak orang tua yang menganggap kondisi ini sebagai hal biasa dan akan membaik seiring waktu, padahal beberapa kasus membutuhkan intervensi medis atau terapi khusus.
Penyebab speech delay
Hingga saat ini, penyebab pasti speech delay belum sepenuhnya diketahui. Namun, sejumlah faktor diduga dapat berkontribusi terhadap kondisi ini, antara lain:
1. Kondisi medis saat dalam kandungan atau saat lahir
Beberapa kondisi seperti berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir prematur, bayi kuning, infeksi TORCH, asfiksia, dan hipotiroid kongenital yang tidak terdiagnosis dapat memicu keterlambatan bicara.
2. Riwayat kejang, trauma kepala, atau radang otak
Kejang berkepanjangan, peradangan otak (ensefalitis), atau cedera kepala pada masa awal kehidupan juga meningkatkan risiko terjadinya speech delay.
Baca juga: Anak terindikasi "speech delay" perlu dijauhkan dari gawai
3. Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran, baik akibat infeksi telinga maupun kelainan bawaan, dapat mengalami kesulitan dalam menangkap dan meniru suara.
4. Gangguan oromotor dan struktur mulut
Masalah pada area otak yang mengatur koordinasi bibir, lidah, dan rahang dapat menghambat produksi suara. Selain itu, kelainan seperti bibir sumbing juga dapat menjadi penyebab.
5. Autisme
Anak dengan spektrum autisme kerap mengalami kesulitan dalam aspek bahasa dan interaksi sosial, meskipun perkembangan motoriknya tampak normal.
6. Riwayat keluarga
Adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan bicara seperti gagap atau disleksia dapat meningkatkan risiko keterlambatan bicara.
7. Kurangnya stimulasi
Minimnya interaksi verbal antara anak dan orang tua dapat membuat anak tidak terbiasa menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
8. Penggunaan gawai berlebihan
Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan gawai pada usia dini, terutama sebelum anak bisa berbicara, dapat menghambat perkembangan bahasa.
Baca juga: Dokter: Pahami ciri-ciri anak berkebutuhan khusus sejak dini
Gejala speech delay
Tanda-tanda anak mengalami speech delay antara lain:
- Tidak mengeluarkan suara atau babbling pada usia 15 bulan
- Tidak mengucapkan kata-kata pada usia 2 tahun
- Tidak mampu merangkai kalimat sederhana pada usia 3 tahun
- Kesulitan mengikuti perintah atau instruksi
- Pelafalan yang tidak jelas
- Sulit menyusun kata menjadi kalimat
- Menghilangkan kata-kata saat berbicara
Perkembangan bahasa anak seharusnya sudah terlihat sejak usia dini, dan keterlambatan dalam tahapan ini patut diwaspadai.
Baca juga: Dokter ungkap faktor penyebab "speech delay" pada anak
Cara mengatasi speech delay
Penanganan speech delay disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan gangguan. Selain menjalani terapi wicara, orang tua juga dapat berperan aktif dalam menstimulasi kemampuan berbicara anak, seperti:
1. Ajak anak berbicara sesering mungkin
Libatkan anak dalam percakapan sehari-hari, bahkan saat melakukan aktivitas sederhana seperti mengganti pakaian atau menyuapi.
2. Membacakan buku cerita
Aktivitas ini membantu memperkaya kosakata anak dan melatih kemampuan mendengar serta memahami.
3. Tanggapi ucapan anak secara positif
Koreksi secara halus dan bantu anak dengan menyampaikan kalimat yang benar tanpa menyalahkan.
4. Perkenalkan nama-nama benda
Saat anak menunjuk suatu benda, bantu ia menyebutkan namanya untuk melatih pengucapan dan mengenali objek.
5. Berikan pilihan dan ajukan pertanyaan
Misalnya, “Kamu mau apel atau jeruk?” lalu minta anak menjawab dengan menyebutkan nama buah.
6. Batasi penggunaan gawai
Anak disarankan tidak menggunakan gawai lebih dari satu jam per hari agar interaksi sosial dan komunikasi lebih terbangun.
Orang tua juga disarankan untuk tidak menggunakan “bahasa bayi”, dan sebaiknya berbicara menggunakan kalimat utuh serta kosakata yang sesuai.
Kapan harus konsultasi ke dokter?
Apabila orang tua merasa perkembangan bahasa anak tidak sesuai usia, atau muncul tanda-tanda speech delay yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan ke dokter atau terapis wicara. Penanganan dini dapat membantu memaksimalkan potensi anak dan mencegah gangguan yang lebih kompleks di masa depan.
Baca juga: IDAI tekankan pentingnya stimulasi cegah anak terlambat bicara
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.