Jakarta (ANTARA) - Sleep apnea atau apnea tidur adalah gangguan serius yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara secara berulang selama tidur. Kondisi ini umumnya ditandai dengan mendengkur keras dan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah tidur cukup lama di malam hari.
Sleep apnea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu obstructive sleep apnea (OSA), central sleep apnea, dan complex sleep apnea. OSA merupakan jenis paling umum yang terjadi ketika otot-otot di belakang tenggorokan menjadi terlalu rileks, sehingga saluran napas menyempit atau tertutup. Sementara itu, central sleep apnea terjadi akibat kegagalan otak dalam mengirimkan sinyal yang tepat ke otot-otot pernapasan. Adapun complex sleep apnea adalah kombinasi dari kedua jenis tersebut.
Ketika seseorang berhenti bernapas saat tidur, otak akan memicu refleks bangun untuk memulai kembali pernapasan. Meskipun respons ini bersifat menyelamatkan nyawa, gangguan ini menyebabkan tidur tidak nyenyak dan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan jantung dan tekanan darah dalam jangka panjang.
Baca juga: Delapan penyebab umum sakit kepala saat bangun tidur
Gejala sleep apnea
Sebagian besar penderita tidak menyadari gejala yang dialaminya. Justru, orang yang tidur bersama penderita biasanya lebih dulu menyadari adanya gangguan seperti:
- Mendengkur keras secara terus-menerus
- Terhentinya napas selama beberapa detik saat tidur
- Tersengal-sengal atau terbangun akibat sesak napas
- Insomnia atau sulit tidur
Setelah bangun tidur, penderita dapat mengalami:
- Mulut kering
- Sakit kepala pagi hari
- Rasa kantuk ekstrem di siang hari
- Sulit konsentrasi, mudah marah, atau mengalami perubahan suasana hati
- Penurunan gairah seksual
Gejala lain yang mungkin muncul meliputi keringat malam, gangguan suasana hati seperti depresi dan kecemasan, serta gelisah saat tidur.
Baca juga: Diet nabati dapat kurangi risiko "sleep apnea"
Penyebab dan faktor risiko
Sleep apnea dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, risiko meningkat pada orang dengan faktor berikut:
- Berjenis kelamin laki-laki
- Riwayat keluarga dengan gangguan serupa
- Memiliki amandel besar, rahang kecil, atau hambatan anatomi pada saluran napas
- Obesitas atau berat badan berlebih
- Usia lanjut
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
- Penggunaan obat tidur atau penenang
Komplikasi sleep apnea
Apabila tidak ditangani, sleep apnea dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, seperti:
- Kantuk berlebihan di siang hari yang membahayakan saat mengemudi atau bekerja
- Aritmia jantung (detak jantung tidak teratur)
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Gagal jantung
- Risiko kematian mendadak akibat serangan jantung
Kapan harus ke dokter?
Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala sleep apnea atau apabila diberi tahu oleh orang lain mengenai kebiasaan mendengkur atau henti napas saat tidur. Diagnosis awal dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan wawancara medis, kemudian dilanjutkan dengan tes tidur seperti polysomnography atau tes tidur di rumah yang merekam pola napas, detak jantung, dan kadar oksigen.
Baca juga: Apple Watch di Taiwan sediakan fitur deteksi apnea tidur
Penanganan dan pengobatan
Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan gangguan. Untuk kasus ringan, perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan, berhenti merokok, menghindari alkohol, dan mengatur posisi tidur dapat membantu.
Jika gejala menetap, terapi medis seperti penggunaan alat bantu pernapasan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), BPAP, atau MAD (Mandibular Advancement Device) dapat diberikan. Dalam beberapa kasus, prosedur pembedahan seperti uvulopalatopharyngoplasty, operasi reposisi rahang, atau pemasangan alat stimulasi saraf juga bisa menjadi pilihan.
Pencegahan sleep apnea
Langkah utama pencegahan adalah dengan menghindari faktor risiko yang dapat dikendalikan, seperti berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Bagi penderita obesitas, konsultasi dengan dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan secara bertahap juga sangat dianjurkan.
Sleep apnea merupakan kondisi medis yang bisa dikendalikan jika ditangani secara tepat. Konsultasikan diri Anda secara rutin dengan tenaga kesehatan agar dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Baca juga: Studi ungkap makan keju bisa mengurangi risiko terkena sleep apnea
Baca juga: Tidak hanya mendengkur, ini 5 gejala Sleep Apnea yang jarang disadari
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.