Liputan6.com, Jakarta - Gejala Respiratory Syncytial Virus (RSV) dapat lebih parah pada bayi di bawah enam bulan dan lanjut usia (lansia). RSV adalah virus penyebab infeksi saluran napas yang menyerang 6,6 juta bayi di bawah enam bulan di seluruh dunia.
Virus yang bisa memicu pneumonia dan bronkiolitis ini menyebabkan 45.000 kematian akibat komplikasinya, menurut data The Lancet 2022.
“RSV paling parah menyerang kelompok usia yang berada di dua ujung spektrum, yaitu bayi dan lansia,” kata Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, dalam edukasi publik bersama Pfizer di Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Dia pun memaparkan gejala-gejala RSV pada bayi yakni:
- Napas cepat, kesulitan bernapas, bunyi napas grok-grok (rhonchi)
- Nyeri telinga atau sering menggosok telinga
- Muntah
- Diare
- Rewel
- Tidur gelisah
- Penurunan aktivitas
- Hidung tersumbat atau keluar cairan
- Demam
- Batuk
- Mengi (ada suara saat bernapas)
- Sesak napas
- Gangguan saat menyusu.
Sedangkan, gejala RSV pada anak-anak adalah:
- Hidung tersumbat atau keluar cairan
- Demam
- Batuk
- Mengi
- Sesak napas
- Gangguan saat makan.
Pada orang dewasa gejala RSV dapat berupa:
- Hidung tersumbat atau keluar cairan
- Demam
- Batuk
- Mengi
- Sesak napas
- Dahak
- Nyeri otot
- Lemas
- Rasa tidak enak badan (malaise).
Pada lansia, gejala RSV yakni:
- Sakit tenggorokan
- Bunyi napas grok-grok (rhonchi)
- Bunyi napas kasar atau berderak
- Sakit kepala, kelelahan, gangguan tidur
- Hidung tersumbat atau keluar cairan
- Demam
- Batuk
- Mengi (ada suara saat bernapas)
- Sesak napas
- Dahak
- Nyeri otot
- Lemas
- Rasa tidak enak badan (malaise).
Dokter Spesialis Paru dari RSUP Persahabatan, Erlina Burhan meminta masyarakat untuk tidak memandang remeh lonjakan kasus yang disebabkan oleh omicron. Meski banyak pihak menyampaikan varian omicron tak terlalu berbahaya, risiko penularannya masih le...
Komplikasi RSV pada Bayi
Pada kelompok bayi terutama di bawah usia enam bulan, RSV bisa memicu berbagai manifestasi umum atau komplikasi seperti:
- Rinitis (radang pada rongga hidung)
- Faringitis (radang tenggorokan)
- Bronkiolitis
- Pneumonia
- Infiltrat paru (bercak-bercak di paru)
- Atelektasis (kempisnya sebagian paru-paru)
- Apnea
- Hiperinflasi paru
- Otitis media (infeksi telinga tengah)
- Hepatitis (radang hati)
- Hipoksemia (kadar oksigen rendah dalam darah)
- Dehindrasi.
Komplikasi RSV pada Lansia
Tak hanya pada bayi, komplikasi RSV juga bisa terjadi pada lansia, berupa:
- Rinitis
- Sinusitis (radang pada sinus)
- Bronkiolitis
- Pneumonia
- Infiltrat paru (bintik atau bercak pada paru-paru akibat infeksi)
- Perburukan asma dan PPOK
- Otalgia (nyeri telinga)
- Perburukan gagal jantung kongestif (CHF).
Cegah RSV dengan Vaksinasi
Sukamto menjelaskan bahwa lansia rentan terhadap RSV karena penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, atau gangguan paru. Guna mencegahnya, maka vaksinasi RSV perlu diberikan.
“Vaksin RSV penting sebagai pelengkap perlindungan, bersama vaksin flu dan pneumonia, untuk menjaga kesehatan saluran napas pada usia lanjut. Saat ini vaksin RSV telah masuk dalam Jadwal Imunisasi Dewasa 2025,” ucapnya.
Sementara, Ketua Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) - POGI, Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), MPH, mengatakan bahwa bayi baru lahir juga rentan terhadap infeksi RSV.
“Karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang secara sempurna,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Maka dari itu, dokter yang akrab disapa Ovi menekankan pentingnya upaya pencegahan yang dimulai sejak masa kehamilan. Artinya, ibu hamilnya yang divaksinasi untuk melindungi bayi.
Ia menjelaskan bahwa vaksinasi RSV selama kehamilan sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mendorong seluruh negara untuk memperkenalkan imunisasi RSV guna mencegah penyakit berat pada bayi.
“WHO menganjurkan pemberian satu dosis vaksin RSV pada trimester ketiga kehamilan, yakni saat usia kandungan memasuki ≥ 28 minggu,” jelas Ovi.