Liputan6.com, Jakarta Kemenangan Inggris atas Andorra di Villa Park tidak menghadirkan euforia seperti biasanya. Meskipun meraih tiga poin, atmosfer stadion justru sepi dengan ribuan kursi kosong di akhir laga.
Tim asuhan Thomas Tuchel kembali menunjukkan permainan yang lesu, jauh dari ekspektasi yang sempat mengiringi kedatangannya. Padahal, hasil tersebut membuat Inggris semakin kokoh di puncak klasemen Grup K.
Namun, kemenangan ini menegaskan masalah yang belum terselesaikan: The Three Lions belum juga menemukan identitas permainan baru pasca era Gareth Southgate.
Inggris Menang Tanpa Perlawanan
Laga berjalan satu arah sejak awal, dengan Inggris mencatat 83% penguasaan bola sementara Andorra hampir tidak keluar dari wilayahnya. Jordan Pickford bahkan nyaris tidak bekerja sepanjang pertandingan.
Gol pertama hadir pada menit ke-25 lewat gol bunuh diri Christian Garcia saat mencoba menghalau umpan silang Noni Madueke. Situasi itu justru menyoroti kesulitan Inggris dalam mencetak gol dari permainan terbuka.
Declan Rice kemudian menggandakan keunggulan pada menit ke-67 melalui sundulan, memanfaatkan umpan Reece James. Skor 2-0 bertahan hingga peluit akhir.
Performa Membosankan di Villa Park
Alih-alih meriah, kemenangan ini diwarnai keluarnya ribuan fans sebelum laga berakhir. Holte End yang biasanya penuh, kali ini dipenuhi kursi kosong sebagai simbol kekecewaan suporter.
Meski mencatat empat kemenangan beruntun di kualifikasi, Inggris dinilai masih tampil tanpa arah. Era baru yang dijanjikan Tuchel pasca Euro 2024 belum terlihat jelas.
Bahkan, sebagian pihak menilai performa The Three Lions justru mengalami regresi sejak kekalahan dari Spanyol di final Euro lalu.
Masalah yang Belum Teratasi
Satu-satunya catatan positif adalah pertahanan yang belum kebobolan di sepanjang kualifikasi. Namun, lawan yang dihadapi sejauh ini belum benar-benar menguji kekuatan lini belakang.
Tuchel menghadapi masalah berulang berupa minimnya ide, kreativitas, serta momentum di lini serang. Hal ini membuat Inggris kesulitan mencetak banyak gol seperti era sebelumnya.
Bagi Andorra, kekalahan dua gol melawan tim besar dunia bisa dianggap sebagai pencapaian tersendiri. Bagi Inggris, kemenangan ini lebih banyak menimbulkan pertanyaan ketimbang jawaban.