Liputan6.com, Jakarta Fenerbahce resmi berpisah dengan Jose Mourinho setelah hanya setahun bekerja sama. Keputusan itu mengejutkan banyak pihak, mengingat Mourinho masih mencatatkan rekor kemenangan yang cukup baik. Namun, presiden klub Ali Koc akhirnya menjelaskan alasan di balik pemecatan ini.
Menurut Koc, pemutusan kerja sama dengan Mourinho adalah perpisahan yang pahit. Meski mengakui kualitas serta pencapaian sang pelatih, ia menilai gaya permainan defensif Mourinho tidak lagi sesuai dengan arah yang ingin ditempuh klub. Fenerbahce ingin tampil lebih dominan, bukan sekadar bertahan.
Momen pemecatan ini dipicu oleh kegagalan Fenerbahce di babak play-off Liga Champions. Kekalahan tipis dari Benfica membuat dewan klub kehilangan keyakinan pada pendekatan Mourinho untuk musim berikutnya.
Alasan Pemecatan Mourinho
Jose Mourinho dipecat pada 29 Agustus, hanya sedikit lebih dari setahun sejak menandatangani kontrak di Turki. Catatan 37 kemenangan dari 62 pertandingan tidak cukup untuk menyelamatkannya. Kekalahan agregat 0-1 dari Benfica menjadi titik balik yang menentukan.
Ali Koc menegaskan bahwa hasil pertandingan bukan masalah utama. “Dieliminasi oleh Benfica bukan masalah, tetapi cara kami dieliminasi tidak bisa diterima,” ujarnya. Menurutnya, permainan Fenerbahce yang terlalu konservatif membuat klub tampak stagnan.
Ia menambahkan, “Kami berpisah karena percaya skuad ini bisa memainkan sepak bola yang lebih baik. Di Turki, kami harus mendominasi. Kami kesulitan mengejar setiap kali tertinggal.” Pernyataan ini menegaskan bahwa filosofi bermain menjadi alasan kunci pemecatan Mourinho.
Perpisahan yang Pahit
Koc menggambarkan momen berpisah dengan Mourinho sebagai keputusan yang sulit. Ia menyebut hubungannya dengan pelatih asal Portugal itu sangat baik, bahkan lebih dari sekadar rekan kerja. “Chemistry kami sempurna, pencapaiannya jelas, bahkan bisa mendatangkannya sudah sebuah prestasi,” katanya.
Meski begitu, Fenerbahce merasa perlu perubahan. Filosofi dominasi menjadi identitas klub, dengan Koc menyinggung rekor 99 gol dan 99 poin sebagai kode genetik Fenerbahce. Mourinho dianggap tidak mampu melanjutkan standar tersebut.
Baginya, meninggalkan Mourinho bukan soal kapasitas atau prestasi, melainkan perbedaan visi tentang bagaimana seharusnya Fenerbahce bermain. Keputusan itu, meski berat, diyakini penting untuk masa depan klub.
Pengganti Mourinho dan Masa Depan
Setelah pemecatan, Koc mengakui Luciano Spalletti sebenarnya menjadi pilihan utama Fenerbahce. Namun, mantan pelatih timnas Italia itu menolak tawaran karena memutuskan untuk tidak melatih musim ini.
Koc menjelaskan, klub kini berfokus mencari pelatih asing dengan pengalaman Eropa. “Kami sedang berkomunikasi dengan beberapa opsi dan akan segera mengumumkan pelatih baru,” tegasnya.
Sementara itu, masa depan Mourinho masih abu-abu. Pelatih 62 tahun itu dikaitkan dengan kemungkinan kembali ke Premier League bersama Nottingham Forest atau West Ham, serta peluang melatih Rangers di Skotlandia.