1. Memprioritaskan Asupan Cairan yang Cukup
Menjaga hidrasi merupakan fondasi utama untuk mempertahankan volume ASI selama puasa. Menurut Yate & Abdelghani Soliman (2022), ibu menyusui membutuhkan sekitar 1800–2400 kalori per hari, termasuk asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi yang dapat secara signifikan menurunkan suplai ASI. Oleh karena itu, konsumsi air harus dioptimalkan selama sahur dan berbuka untuk menjaga kelancaran produksi ASI sepanjang hari.
2. Mengonsumsi Kalori Berkualitas saat Sahur dan Berbuka
Kualitas dan keseimbangan kalori saat makan sangat menentukan kestabilan produksi ASI saat berpuasa. Yate & Abdelghani Soliman (2022) menjelaskan bahwa asupan gizi yang mencakup protein, karbohidrat kompleks, lemak sehat, vitamin, dan mineral sangat penting terutama pada waktu sahur dan iftar. Pola makan seperti ini membantu tubuh mempertahankan energi serta memperlancar proses laktogenesis sehingga ASI tetap optimal meski waktu makan terbatas.
3. Jadwalkan Istirahat dan Waktu Menyusui secara Optimal
Sebanyak 50% ibu menyusui yang berpuasa melaporkan bahwa produksi ASI mereka menurun. Namun, Ozsoy, Adana & Hazar (2014) menyarankan agar ibu menyusui tetap menjaga frekuensi menyusui minimal 8–12 kali per hari, termasuk saat malam hari. Strategi ini merangsang refleks let-down dan mencegah penurunan suplai. Selain itu, istirahat cukup juga penting agar tubuh memiliki energi yang cukup untuk memproduksi ASI.
4. Mengatur Pola Asupan Nutrisi Mikro (Vitamin & Mineral)
Ketika berpuasa, kualitas mikronutrien dalam ASI seperti zink, magnesium, dan potasium dapat mengalami penurunan. Aylin (2006) menekankan pentingnya mengonsumsi makanan tinggi mikronutrien, seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, dan buah-buahan, selama sahur dan berbuka. Jika diperlukan, suplementasi vitamin dan mineral juga dapat dipertimbangkan untuk menjaga kandungan nutrisi dalam ASI tetap optimal.
5. Pantau Tanda Dehidrasi dan Kelelahan
Keluhan paling umum dari ibu menyusui saat puasa adalah rasa lelah (31,5%) dan dehidrasi (37%). Lakho et al. (2021) menyarankan agar ibu mengenali tanda-tanda seperti pusing, mulut kering, atau haus berlebihan sebagai sinyal untuk segera meningkatkan asupan cairan atau bahkan menunda puasa (rukhṣah) demi menjaga kesehatan diri dan kualitas ASI.
6. Awasi Pertumbuhan Bayi Selama Ibu Berpuasa
Sebuah studi oleh Haratipour et al. (2013) dalam jurnal Impact of Maternal Ramadan Fasting on Growth Parameters of Exclusively Breast‑fed Infants menunjukkan bahwa pertumbuhan bayi tetap meningkat meskipun ibunya berpuasa. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok ibu yang berpuasa dan tidak, selama ibu menjaga hidrasi dan nutrisi dengan baik.
7. Jangan Mengurangi Frekuensi Makan secara Ekstrem
Mengurangi jumlah makan secara drastis justru dapat berdampak negatif pada kualitas ASI. Ozsoy et al. (2014) menegaskan pentingnya tetap makan 2–3 kali dalam waktu berbuka hingga sahur, diselingi dengan camilan bergizi, agar kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien tetap tercukupi.
8. Konsultasi Medis dan Dukungan Spiritual yang Seimbang
Keputusan untuk berpuasa saat menyusui perlu dibarengi evaluasi medis dan pertimbangan spiritual. Yate & Abdelghani Soliman (2022) menekankan pentingnya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk mengevaluasi kondisi ibu dan bayi, sekaligus memahami rukhṣah (keringanan syariat) yang diberikan dalam Islam untuk memastikan kesehatan ibu tetap terjaga tanpa mengorbankan ibadah.