Liputan6.com, Jakarta Film Pabrik Gula resmi tayang di platform Netflix pada Kamis, 7 Agustus 2025. Punya jalan cerita menarik, film ini pun menjadi perbincangan hangat di media sosial. Film adaptasi dari kisah horor viral karya SimpleMan ini hadir dalam versi Uncut atau Jam Merah, menawarkan pengalaman menonton yang lebih brutal, intens, dan tanpa sensor.
Berlatar tahun 2003 di sebuah pabrik gula tua di Jawa Timur, film ini menyuguhkan perpaduan horor lokal, misteri, dan atmosfer mencekam yang terbangun secara perlahan hingga mencapai puncak ketegangan. Diproduseri Manoj Punjabi dan disutradarai Awi Suryadi, Pabrik Gula mengajak penonton menyelami rahasia kelam yang tersembunyi di balik tradisi jam malam pabrik.
Awal Kisah: Kedatangan Pekerja Musiman di Tahun 2003
Wati memutuskan menyusul tunangannya, Hendra, untuk bekerja di pabrik gula sebagai buruh musiman. Keputusan itu diambil untuk menambah tabungan jelang pernikahan mereka. Bersama Hendra, Wati menempuh perjalanan panjang dengan truk menuju pabrik di Jawa Timur.
Mereka berangkat bersama dengan pekerja muda lainnya: Fadhil, Endah, Naning, Rani, Franky, dan Dwi. Setiap kelompok ditempatkan di loji atau mess pekerja, dengan pembagian terpisah antara laki-laki dan perempuan. Awalnya, aktivitas berjalan normal, tanpa tanda-tanda keganjilan.
Namun, sejak malam pertama, tanda-tanda teror mulai muncul. Endah, salah satu pekerja perempuan, mendengar bunyi peluit panjang di tengah malam, diikuti bayangan sosok misterius menuju pabrik. Rasa penasaran mendorongnya mengikuti sosok itu hingga ke gudang tua yang gelap.
Peraturan Jam Malam dan Awal Teror
Keesokan paginya, para pekerja mengikuti apel pagi yang dipimpin Bu Marni, manajer pabrik. Di sinilah mereka diberitahu tentang dua aturan jam malam: Jam Kuning dan Jam Merah. Jam Merah adalah batas larangan keluar loji yang bersifat mutlak, dengan konsekuensi berat bagi pelanggarnya.
Endah sadar bahwa ia telah melanggar aturan ini malam sebelumnya. Sejak itu, kejadian aneh dan mengerikan mulai terjadi. Ada kecelakaan kerja yang tak masuk akal hingga penemuan jasad pekerja di sumur belakang pabrik.
Pabrik gula tersebut ternyata berdiri berdampingan dengan wilayah kekuasaan demit, makhluk tak kasat mata yang marah akibat insiden misterius. Mereka menuntut tumbal, dan para pekerja menjadi target.
Perbedaan Versi Jam Kuning dan Jam Merah
Film ini dirilis dalam dua versi: Jam Kuning (17+) untuk penayangan siang dan Jam Merah (21+) yang hanya tayang malam hari. Versi Uncut atau Jam Merah menampilkan adegan horor yang lebih eksplisit dan intens, dengan cerita yang lebih mendalam.
Durasi kedua versi hanya berbeda sekitar satu menit, namun pengalaman menontonnya terasa kontras. Jam Merah menyuguhkan teror tanpa potongan sensor, memperkuat kesan menegangkan dan psikologis yang ingin dibangun sutradara.
Strategi ini membuat versi Uncut terasa eksklusif. Penayangannya terbatas di jam tertentu dan bioskop tertentu saja sebelum kini tersedia di Netflix, memberi kesempatan lebih luas bagi penonton untuk menikmati versi penuh.
Sentuhan Sutradara dan Akting Para Pemain
Awi Suryadi, yang sebelumnya sukses menggarap KKN di Desa Penari, kembali menghadirkan horor dengan pacing ketat dan atmosfer pekat sejak awal film. Ia memanfaatkan konsep Jam Merah dan Jam Kuning sebagai pilar ketegangan, membuat penonton terus berada di ujung kursi.
Arbani Yasiz, Ersya Aurelia, dan Erika Carlina tampil solid. Erika sebagai Naning membawa nuansa autentik lewat penggunaan bahasa Jawa, sementara Wavi Zihan sebagai Wati mencuri perhatian dengan adegan kesurupannya yang memukau.
Perpaduan sinematografi gelap, tata suara mencekam, dan jumpscare yang efektif membuat Pabrik Gula layak menjadi tontonan horor lokal berkualitas.
Fakta Menarik di Balik Pabrik Gula
- Adaptasi Kisah Horor Viral SimpleMan: Cerita Pabrik Gula berasal dari postingan SimpleMan yang viral di media sosial, dikenal dengan ciri khas menggabungkan horor lokal, mitos Jawa, dan nuansa misteri yang kental.
- Bagian dari Saga Horor MD Pictures: Pabrik Gula menjadi film kelima MD Pictures yang diadaptasi dari karya SimpleMan, setelah KKN di Desa Penari, Sewu Dino, Badarawuhi di Desa Penari, dan Sorop.
- Kolaborasi Awi Suryadi dan Lele Laila: Sutradara Awi Suryadi dan penulis skenario Lele Laila sebelumnya sudah sukses dengan KKN di Desa Penari. Pabrik Gula menjadi proyek kedua mereka dari kisah SimpleMan.
- Setting Tahun 2003 di Pabrik Gula Jawa Timur: Film ini mengambil latar suasana pabrik gula era awal 2000-an, lengkap dengan detail lingkungan kerja, logi pekerja, dan tradisi lokal seperti pagelaran wayang serta gamelan.
People Also Ask
Q: Apakah film Pabrik Gula benar-benar berdasarkan kisah nyata?
A: Film ini diadaptasi dari kisah viral SimpleMan yang disebut-sebut terinspirasi dari kejadian nyata di sebuah pabrik gula di Jawa Timur.
Q: Apa bedanya Pabrik Gula versi Jam Kuning dan Jam Merah?
A: Jam Kuning (17+) lebih ramah sensor, sedangkan Jam Merah (21+) menampilkan adegan horor lebih eksplisit dan intens, tanpa potongan sensor.
Q: Apakah Pabrik Gula sudah tayang di Netflix?
A: Ya, versi Uncut atau Jam Merah kini tersedia di Netflix, memberi kesempatan bagi penonton global untuk menikmati versi penuh.