Liputan6.com, Jakarta Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah virus penyebab infeksi saluran napas bawah yang menyerang 6,6 juta bayi di bawah enam bulan di seluruh dunia.
Virus pemicu pneumonia dan bronkiolitis ini menyebabkan 45.000 kematian akibat komplikasinya, menurut data The Lancet 2022.
Ketua Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) - POGI, Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), MPH, mengatakan bahwa bayi baru lahir rentan terhadap infeksi RSV.
“Karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang secara sempurna,” ujarnya dalam edukasi publik bertajuk Dua Generasi, Satu Ancaman: Pentingnya Cegah RSV di Jakarta pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Maka dari itu, dokter yang akrab disapa Ovi menekankan pentingnya upaya pencegahan yang dimulai sejak masa kehamilan.
Ia menjelaskan bahwa vaksinasi RSV selama kehamilan sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mendorong seluruh negara untuk memperkenalkan imunisasi RSV guna mencegah penyakit berat pada bayi.
“WHO menganjurkan pemberian satu dosis vaksin RSV pada trimester ketiga kehamilan, yakni saat usia kandungan memasuki ≥ 28 minggu,” jelas Ovi.
RSV adalah virus yang mudah menular, gejalanya sering menyerupai flu biasa. Namun, pada bayi berusia di bawah 6 bulan serta orang dewasa yang lebih tua atau memiliki faktor risiko tertentu, virus ini dapat memicu gejala yang cukup parah dan mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.
Saat ini, RSV diklasifikasikan menjadi dua genotipe, yaitu RSV A dan RSV B, keduanya berkontribusi signifikan terhadap beban penyakit RSV secara global.
Anjuran pemakaian masker dan vaksinasi kembali dilakukan di AS seiring dengan ancaman "triple pandemic", di mana penyakit pernapasan RSV, flu dan COVID-19 meningkat bersamaan. Kampanye vaksinasi dilakukan sebagai antisipasi masuknya musim dingin dan ...
Penyebab Utama Rawat Inap pada Bayi di Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K), menjelaskan bahwa RSV menjadi salah satu penyebab utama rawat inap pada bayi dan anak-anak di Indonesia.
“Infeksi RSV dapat berlangsung hingga dua minggu dan memiliki potensi menyebabkan gangguan paru jangka panjang. Meski gejalanya ringan di awal, dampaknya bisa serius,” kata Rina.
Di Indonesia, infeksi RSV terus menjadi perhatian serius di kalangan medis karena selain mengancam bayi, virus ini juga berisiko tinggi bagi lanjut usia (lansia). Hingga kini, belum tersedia pengobatan spesifik untuk RSV, sehingga upaya pencegahan menjadi langkah paling efektif, terutama bagi kelompok rentan.
Lansia Juga Rentan Terinfeksi RSV
Kelompok rentan lainnya adalah lanjut usia (lansia) yang mengalami penurunan daya tahan tubuh.
Sebagaimana ditunjukkan dalam studi global selama tiga dekade (1990–2019), angka kematian akibat RSV pada usia di atas 70 tahun melampaui anak usia di bawah lima tahun, terutama di negara-negara dengan indeks sosiodemografis yang rendah seperti beberapa negara Asia Tenggara.
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, menjelaskan bahwa lansia rentan terhadap RSV karena penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, atau gangguan paru.
“Vaksin RSV penting sebagai pelengkap perlindungan, bersama vaksin flu dan pneumonia, untuk menjaga kesehatan saluran napas pada usia lanjut. Saat ini vaksin RSV telah masuk dalam Jadwal Imunisasi Dewasa 2025,” ucapnya.
Sementara, Direktur PT Pfizer Indonesia, Hendra Wijaya, turut menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya menghadirkan terobosan terbaru bagi pasien dan masyarakat.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk terus berkolaborasi dalam upaya pencegahan penyakit pernapasan, termasuk RSV. Kami konsisten untuk terus menghadirkan obat dan vaksin inovatif bagi masyarakat Indonesia,” pungkasnya.