Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi sering kali terjadi di bawah permukaan tanah dan tak terlihat secara langsung oleh mata manusia.
Namun kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kamera pengawas (CCTV) berhasil menangkap momen nyata sesar aktif yang retak dan bergeser saat gempa besar melanda Myanmar.
Mengutip Popular Science, Kamis (31/7/2025), para ahli seismologi dari Kyoto University Jepang berhasil menganalisis rekaman video yang menunjukkan pergerakan sesar mendatar secara langsung.
Fenomena langka ini terjadi dalam gempa magnitudo 7,7 yang mengguncang sepanjang Sesar Sagaing di dekat kota Mandalay pada 28 Maret 2025.
Meski berlangsung hanya sekitar 80 detik, gempa ini menewaskan lebih dari 5.400 orang dan melukai lebih dari 11.000 lainnya.
Data ini menjadikannya sebagai gempa paling mematikan kedua dalam sejarah modern Myanmar, sekaligus yang terkuat dalam lebih dari satu abad.
Yang membuatnya semakin istimewa, sebagian wilayah gempa diketahui mengalami pergerakan sesar dengan kecepatan yang sangat tinggi, bahkan mencapai 3,7 mil per detik.
Ini termasuk ke dalam kategori supershear velocity, sebuah fenomena langka di mana retakan pada sesar bergerak lebih cepat dari gelombang seismik itu sendiri.
CCTV Rekam Detik-Detik Tanah Terkoyak
CCTV yang secara tak sengaja merekam fenomena ini terpasang sekitar 120 kilometer dari pusat gempa.
Dalam rekaman tersebut, tampak jelas bagaimana tanah tiba-tiba tampak terbelah dan bagian-bagiannya bergeser secara horizontal ke arah yang berlawanan.
Menurut Jesse Kearse, ahli geologi dari Kyoto University sekaligus penulis utama penelitian ini, rekaman itu sangat penting untuk studi mendalam tentang fisika sumber gempa.
“Kami tidak menyangka rekaman ini akan memberikan banyak data kinematik secara detail,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Tim peneliti kemudian menggunakan teknik analisis bernama pixel cross-correlation untuk mempelajari pergerakan tanah frame demi frame.
Hasilnya, pergeseran horizontal sepanjang 2,5 meter terjadi hanya dalam 1,3 detik, dengan kecepatan maksimum mencapai 3,2 meter per detik.
Retakan Secepat Kilat, Seperti Riak di Karpet
Pergerakan sesar yang terekam dalam rekaman CCTV ini menunjukkan fenomena yang disebut sebagai pulse-like rupture, yaitu pergeseran mendadak dan cepat yang menyebar sepanjang sesar seperti riak yang menjalar saat ujung karpet disentak.
Fenomena ini berbeda dengan pergeseran sesar biasa yang terjadi secara lebih luas dan perlahan. Dalam kasus ini, seluruh retakan terjadi dalam satu dorongan cepat dengan durasi sangat singkat.
Menariknya, para peneliti juga menemukan bahwa jalur retakan ternyata tidak sepenuhnya lurus, melainkan sedikit melengkung.
Hal ini menantang anggapan lama bahwa sesar bergerak dalam garis lurus, dan memperkuat teori bahwa banyak sesar sebenarnya memiliki lintasan lengkung secara alami.
Dalam publikasinya di The Seismic Record, para peneliti menegaskan bahwa pengamatan ini menjadi tolok ukur baru dalam studi dinamika retakan sesar, sekaligus memperkaya pemahaman mengenai bagaimana gempa besar memulai dan menyebarkan energinya secara cepat dan tidak terduga.
Penemuan Penting untuk Bangunan Tahan Gempa
Penemuan rekaman visual langsung dari pergerakan sesar ini menjadi pencapaian besar bagi dunia kegempaan.
Sebelumnya, pemahaman tentang dinamika sesar saat gempa sebagian besar hanya berdasarkan data seismik dan simulasi.
Kini, dengan bukti nyata berupa video, para ilmuwan memiliki referensi visual yang akurat untuk menganalisis karakteristik pergerakan sesar secara detail.
Data ini sangat penting karena dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, mulai dari ahli geologi, insinyur sipil, hingga perencana tata kota, untuk menciptakan sistem bangunan dan infrastruktur yang lebih tangguh menghadapi gempa bumi besar.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana retakan sesar bekerja secara real-time, strategi mitigasi bencana pun bisa dikembangkan lebih presisi.
Jesse Kearse, geolog utama dalam penelitian ini, menegaskan bahwa penemuan ini akan memperdalam wawasan ilmiah terkait mekanisme slip cepat selama gempa, dan menjadi fondasi penting untuk menciptakan kota yang lebih aman secara struktural di masa depan.