PBB (ANTARA) - Para pekerja bantuan telah menyalurkan bantuan tunai kepada lebih dari 10.000 keluarga yang terdampak kelaparan di Gaza, namun ternyata tak banyak makanan yang bisa mereka beli di pasar, demikian disampaikan badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (1/8).
"Harga pasar masih sangat tidak stabil dan tidak terjangkau bagi banyak orang," ujar Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA).
OCHA mengatakan hampir sepekan setelah otoritas Israel mengizinkan peningkatan skala bantuan dan jalur yang aman bagi konvoi bantuan, bantuan yang masuk ke Gaza masih belum mencukupi. Konvoi bantuan terus menghadapi berbagai hambatan dan bahaya di sepanjang rute yang telah ditentukan oleh otoritas Israel.
OCHA menyebutkan bahwa kesulitan mendapatkan sebagian besar kebutuhan dasar yang menopang kehidupan selama berbulan-bulan mendorong memburuknya krisis, dan sejumlah besar warga sipil dilaporkan terus menjadi korban tewas dan terluka saat berusaha mendapatkan makanan. Lebih dari 100 orang tewas dalam dua hari terakhir di sepanjang rute konvoi bantuan makanan atau di dekat pusat-pusat distribusi yang dijaga ketat oleh militer Israel.
Wakil Direktur Eksekutif Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) Ted Chaiban, yang baru saja kembali dari Israel dan Gaza, menjelaskan beberapa misinya kepada awak media di kantor pusat PBB di New York.
"Kita meminta agar lebih banyak bantuan kemanusiaan dan lalu lintas komersial yang masuk, dengan target mendekati 500 truk per hari, guna menstabilkan situasi dan mengurangi keputusasaan penduduk ... Kita perlu membanjiri Jalur Gaza dengan pasokan melalui seluruh jalur dan semua titik masuk," paparnya.
OCHA mengungkapkan pasokan bahan bakar masih sangat terbatas, meskipun sejumlah kecil pasokan telah diizinkan masuk ke Gaza dalam beberapa hari terakhir.
"PBB dan mitra-mitra kami membutuhkan ratusan ribu liter bahan bakar setiap hari untuk mengoperasikan fasilitas-fasilitas penting, termasuk layanan kesehatan, air dan sanitasi, serta layanan telekomunikasi darurat," kata OCHA.
OCHA menuturkan meskipun kini lebih sedikit gerakan kemanusiaan yang langsung ditolak, misi-misi yang disetujui masih membutuhkan waktu selama berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaannya karena dipaksa berhenti di berbagai titik di sepanjang rute yang disetujui.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.