
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan rencana militer untuk menduduki Kota Gaza akan tetap digelar meski menuai kritik internasional yang semakin keras.
Dalam konferensi pers dengan media asing, Netanyahu menyebut langkah ini sebagai cara tercepat untuk mengakhiri perang.
"Bertentangan dengan klaim palsu, ini adalah cara terbaik untuk mengakhiri perang dan cara terbaik untuk mengakhirinya dengan cepat. Beginilah cara kita mengakhiri perang," kata Netanyahu seperti dikutip CNN, Selasa (12/8)
Pada Jumat (8/8) dini hari, kabinet keamanan Israel menyetujui operasi tersebut dengan alasan untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.
Namun, para pengamat memperingatkan bahwa aksi ini justru dapat membahayakan tawanan serta memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Bencana Baru
Rencana Israel itu dikecam di markas PBB. dengan Inggris, Rusia, Tiongkok, dan Prancis menolak keras, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
Asisten Sekretaris Jenderal PBB Miroslav Jenca memperingatkan bahwa jika langkah ini dijalankan, kemungkinan besar akan memicu bencana lain di Jalur Gaza, yang akan berdampak ke seluruh wilayah dan menyebabkan pengungsian paksa, pembunuhan dan kehancuran lebih lanjut.
"Ini memperparah penderitaan penduduk yang tak tertahankan," katanya.
Ramesh Rajasingham dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menegaskan kondisi di Jalur Gaza telah memasuki tahap kelaparan parah.
Dia mencatat 98 anak meninggal akibat malnutrisi akut sejak Oktober 2023, termasuk 37 anak sejak awal Juli.
"Kami terus terang kehabisan kata-kata untuk menggambarkan kondisi kemanusiaan yang sangat mengerikan," sebutnya.
Beberapa negara, termasuk Denmark, Korea Selatan, Yunani, Slovenia, Guyana dan Aljazair, juga menentang keras operasi tersebut.
"Setelah 22 bulan pengungsian paksa, kelaparan, dan pembersihan etnis, operasi semacam itu tidak hanya akan menghancurkan Gaza, tetapi juga akan memusnahkan apa yang tersisa darinya," kata otoritas
Aljazair.
Protes Meluas
Amerika Serikat (AS) semakin terisolasi di panggung diplomasi global karena tetap membela Israel. Duta Besar AS untuk PBB Dorothy Shea menuduh sejumlah anggota Dewan Keamanan secara aktif memperpanjang perang dengan menyebarkan kebohongan tentang Israel dan memberikan kemenangan propaganda kepada militan.
"Kebenaran sederhananya adalah perang ini bisa berakhir hari ini jika Hamas membebaskan para sandera dan seluruh Gaza," katanya sembari menolak tuduhan genosida terhadap Israel sebagai bermotif politik dan sama sekali salah.
Sementara itu, aksi protes meluas di berbagai kota. Di Sydney, puluhan ribu orang melintasi Jembatan Pelabuhan untuk menuntut diakhirinya krisis kemanusiaan di Gaza.
Di London, polisi menangkap 466 orang dalam demonstrasi menentang pelarangan kelompok pro-Palestina Palestine Action. Di Israel sendiri, keluarga sandera menyerukan pemogokan umum nasional pada akhir pekan mendatang. (Z-1)