Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi garam dari Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa mulai panen pada pertengahan tahun depan. Proyek ini menjadi bagian dari upaya swasembada garam nasional untuk menekan ketergantungan impor.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara menjelaskan, Rote Ndao dipilih sebagai salah satu wilayah utama ekstensifikasi lahan tambak garam, karena memiliki musim kemarau yang datang lebih awal. Dengan demikian, proses produksi garam bisa dimulai lebih cepat dibandingkan wilayah lain.
"Produksi garam di Rote Ndao ditargetkan akan panen pada Juni atau Juli 2026," kata Koswara dalam Media Gathering di Jakarta, Jumat (1/8/2025).
"Hal itu dikarenakan wilayah Rote Ndao yang merupakan daerah kering, sehingga pada Maret-April 2026 sudah mulai memasuki musim kemarau," sambungnya.
Dalam proyek ini, pemerintah menyiapkan lahan seluas 10 ribu hektare di Rote Ndao, dengan target produksi mencapai 2 juta ton per tahun. Bila luas lahan dikembangkan hingga 13 ribu hektare, produksi diproyeksikan meningkat menjadi 2,6 juta ton per tahun.
"Kalau bisa dikembangkan menjadi 13.000 hektare, berarti 2,6 juta ton (target produksinya)," ucap dia.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menutup celah impor garam industri yang selama ini mencapai 2,7 juta ton per tahun. Pemerintah juga telah menyiapkan anggaran sekitar Rp2 triliun untuk mendukung program swasembada garam nasional. Anggaran tersebut merupakan mandat langsung dari Presiden Prabowo Subianto, dan bukan dari pagu anggaran KKP.
Sementara itu, Direktur Sumber Daya Kelautan KKP, Frista Yoharnita menambahkan bahwa fokus swasembada tahun depan adalah untuk memenuhi kebutuhan industri aneka pangan dan farmasi terlebih dahulu.
"Kalau yang tahun depan itu kita ngejar yang aneka pangan dulu sama farmasi, angkanya sekitar 500-an ribu ton ya," jelas Frista saat ditemui usai acara.
Adapun kebutuhan garam nasional untuk lebih dari 10 sektor industri saat ini masih sangat tergantung pada impor. Frista menyebut, target jangka menengah KKP adalah memenuhi kebutuhan industri Chlor Alkali Plant (CAP) yang menyerap garam paling besar. Pada tahun 2027, pemerintah menargetkan produksi garam industri dalam negeri bisa mencapai 1,7 juta ton.
Dalam waktu bersamaan, pemerintah juga sedang meningkatkan kualitas garam lokal, terutama kadar NaCl (Natrium Klorida) hingga mencapai 97%. Untuk mendukung itu, intensifikasi akan dilakukan di tiga wilayah utama, seperti di Indramayu dan Cirebon (Jawa Barat), serta Pati (Jawa Tengah). Sementara untuk Rote, produktivitas garam ditingkatkan menjadi 120-200 ton per hektare per siklus.
Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan peninjauan sekaligus melihat langsung penandatanganan perjanjian kerjasama pembangunan modeling lahan garam, antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Bupati Rote Ndao di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Selasa (3/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan peninjauan sekaligus melihat langsung penandatanganan perjanjian kerjasama pembangunan modeling lahan garam, antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Bupati Rote Ndao di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Selasa (3/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri Trenggono Temukan Ladang Garam Baru, Lokasinya di Sini