Liputan6.com, Jakarta Bursa transfer musim panas 2025 memperlihatkan banyak nama besar yang kini berstatus tanpa klub, salah satunya Hakim Ziyech. Padahal, ia pernah menjadi sorotan utama di Eropa setelah memimpin Ajax menyingkirkan Real Madrid di Liga Champions.
Namun, sejak momen magis di Santiago Bernabeu itu, karier Ziyech perlahan menurun dan tak pernah kembali mencapai puncak yang sama. Dari Chelsea hingga Galatasaray, penampilannya kerap jauh dari ekspektasi.
Kini, pada usia 32 tahun, Ziyech menghadapi masa depan yang tak pasti. Status bebas transfer memberinya peluang, tetapi sekaligus memperlihatkan betapa cepatnya karier seorang pemain bisa berubah.
Dari Keajaiban Ajax ke Sorotan Dunia
Nama Hakim Ziyech melejit setelah penampilannya di Liga Champions 2019 bersama Ajax. Ia menjadi bagian dari tim muda yang penuh bakat, bersama Frenkie de Jong dan Matthijs de Ligt, di bawah arahan Erik ten Hag.
Momen paling diingat adalah saat Ajax menang 4-1 atas Real Madrid di Bernabeu, dengan Ziyech mencetak gol dan menunjukkan keterampilan luar biasa, termasuk aksinya melewati Casemiro dengan sebuah putaran elegan.
Namun, setelah musim berakhir, performa Ziyech perlahan menurun. Ia tak lagi mampu mempertahankan konsistensi yang sama seperti ketika menaklukkan juara bertahan Eropa.
Karier di Chelsea dan Galatasaray
Chelsea membawanya ke Stamford Bridge dengan biaya 40 juta euro, berharap sihirnya di Ajax bisa diulang di Premier League. Sayangnya, Ziyech gagal menjadi bintang utama.
Di London, ia sering kesulitan menembus skuad inti dan tidak pernah benar-benar menyesuaikan diri dengan intensitas permainan Inggris. Kesempatan untuk bersinar pun semakin terbatas.
Galatasaray kemudian memberinya ruang untuk tampil lebih bebas, meski harus mengorbankan level kompetisi elite Eropa. Di sana, ia menjadi figur penting dalam serangan, tetapi dampaknya tak cukup untuk mengembalikan statusnya di panggung utama.
Masa Depan Sebagai Agen Bebas
Kini Ziyech berstatus tanpa klub di musim panas 2025, sebuah posisi yang membuat banyak tim ragu untuk mengambil risiko. Padahal, potensinya masih bisa memberi warna pada kompetisi Eropa.
Sebagai pemain berpengalaman, Ziyech bisa menjadi aset berharga bagi tim yang berambisi di Liga Europa atau bahkan Liga Champions. Keputusan klub mana yang berani merekrutnya bisa menjadi penentu arah kariernya.
Musim lalu, ia bermain di 20 pertandingan bersama Galatasaray dan Al Duhail, mencatat satu gol dan dua assist. Angka yang minim untuk pemain dengan reputasi sebesar dirinya, tetapi tetap menunjukkan bahwa magis kaki kirinya belum sepenuhnya hilang.