Liputan6.com, Jakarta Aktor Marcelino Lefrandt kini sibuk syuting sinetron SCTV Cinta Di Bawah Tangan yang tayang mulai 2 Agustus 2025. Beberapa hari jelang penayangan perdana, rupanya sang aktor menjalani screening prostat bersama dokter ahli di Jakarta. Ada apa?
Memasuki usia 51 tahun, Marcelino Lefrandt makin melek kondisi kesehatan. Menurutnya, rumah sakit kini bukan lagi untuk orang-orang yang sakit saja. Yang sehat dan ingin mengecek rutin kondisi fisik pun bisa ke sana.
“Kalau perempuan menghadapi menopause, laki-laki ada yang namanya prostat setelah usia 50 tahun,” kata Marcelino Lefrandt seraya mengutip jargon di medsos, laki-laki tidak bercerita tapi rajin cek kesehatan. Salah satunya, screening prostat.
Sebelum menjalani screening prostat, Marcelino Lefrandt berkoordinasi dengan manajemen dan menyiapkan mental untuk dua kemungkinan. Pertama, baik-baik saja. Kedua, ada gangguan. Yang paling buruk, kanker prostat.
Orang Tua Tunggal dan Beban Hidup
Marcelino Lefrandt menjalani screening sebagai bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun keluarga. Ia sadar, posisinya kini orangtua tunggal dari dua anak yang masih bertumbuh. Marcelino Lefrandt jadi pencari nafkah sekaligus tempat anak-anak bersandar.
“Apalagi saya, orang tua tunggal dengan dua anak yang harus diurus. Ada beban-beban yang harus dilewati. Itu trigger saya untuk melakukan screening. Kemarin saya bicara dengan manajemen, apapun hasilnya nanti saya siap,” ia menyambung.
“Yang penting, screening berkala soal prostat ini. Dulu, sekitar tahun 2008, pas syuting, saya ada kolik. Sakit banget, saya pikir karena berlebihan. Olahraga terlalu keras. Akhirnya ketahuan ada kristal di kandung kemih yang menggesek,” ujar Marcelino Lefrandt.
Intake yang Sehat Plus Olahraga Rutin
Berkaca pada pengalaman 17 tahun silam, ia tak mau sok tahu saat ada yang kurang beres dengan tubuh. Marcelino Lefrandt makin peduli soal apa saja yang masuk ke dalam tubuhnya, durasi istirahat tiap hari, dan olahraga rutin.
Berbincang dengan Showbiz Liputan6.com di Menara Karya Jakarta, pekan ini, Marcelino Lefrandt lega saat tahu hasil screening prostatnya bagus dan sehat. Ia menjalani screening dipandu Dokter Spesialis Urologi Primaya Hospital PGI Cikini, dr. Egi Manuputty, Sp.U.
“(Hasilnya) sehat. Intake yang sehat, olahraga fisik rutin, itu investasi Marcelino dari sejak berapa puluh tahun yang lalu,” Egi Manuputty menerangkan. Marcelino Lefrandt mengaku, menjaga pola makan dan rajin melatih fisik sejak lebih dari 20 tahun lalu.
Jinak dan Ganas
Dalam kesempatan itu, Egi Manuputty menjelaskan, kesadaran publik untuk menjalani screening rutin membaik dalam beberapa tahu terakhir. Khusus screening prostat, kesadaran yang perlu dibangun, yakni ada dua jenis gangguan: jinak dan ganas.
“Yang jinak adalah, kapan kita punya keluhan pipis, kita memeriksakan diri. Kalau tidak ada keluhan, enggak apa-apa. Enggak semua orang mengalami keluhan pipis karena pembesaran prostat. Ada juga yang sampai akhir hayat sehat-sehat saja,” paparnya panjang.
Berkaca pada data, seiring pertambahan usia, lebih banyak orang mengalami gangguan pipis akibat pembesaran prostat. Kedua, ganas atau kanker prostat. Seringkali ia hadir tanpa gejala. Jika ketahuan pada stadium awal, sebelum bergejala, hasil pengobatan bisa lebih baik.
“Bagaimana bisa mengetahui terdapat kanker prostat, pemeriksaan darah PSA mulai usia 50 tahun. Kalau stadium awal bisa jadi tanpa gejala. Baru bergejala kalau sudah lanjut, masuk ke kandung kencing, lalu air seninya memerah,” Egi Manuputty membeberkan.
Ia menjelaskan ini usai menghadiri gelar wicara “Puluhan Kisah, Satu Solusi: Hidup Dimulai Kembali dengan Rezum.” Egi Manuputty menyebut Rezum Water Vapor Therapy adalah untuk menangani Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
Teknologi ini bekerja dengan menyuntikkan uap air steril ke jaringan prostat yang membesar, tanpa memerlukan pembedahan terbuka. Prosedurnya singkat, aman, dan minim risiko inkontinensia urine atau disfungsi seksual jika dibandingkan dengan operasi konvensional.