Liputan6.com, Jakarta - Musim dingin 2021/2022 adalah kali pertama Luis Diaz merasakan sengitnya persaingan liga top Eropa. Saat itu, ia diboyong Liverpool dari klub Portugal, FC Porto, dengan biaya sebesar 45 juta euro.
Selama 3,5 tahun bersama The Reds, ia berhasil memenangkan semua trofi domestik di tanah Inggris. Diaz memainkan kontribusi besar usai mencetak 41 gol dan mencatatkan 23 assists dalam 148 pertandingannya di seluruh kompetisi.
Performa gemilangnya itu membuat klub raksasa asal Jerman, Bayern Munchen menaruh minat terhadapnya. Hingga akhirnya, Diaz resmi berlabuh ke Allianz Arena akhir Juli ini setelah Die Roten membayar sekitar 75 juta euro ke Liverpool.
Namun, ada fakta menarik di balik transfer ini. Luis Diaz bukanlah pilihan utama Munchen pada posisi sayap kiri. Mereka terlebih dulu menaruh minat terhadap nama-nama lain seperti Nico Williams, Rafael Leao, hingga Bradley Barcola.
Kini, setelah mengeluarkan biaya tinggi untuk pemain berusia 28 tahun, Munchen akan berharap perjudian . Skuad The Bavarians kini hanya bisa berharap Diaz mampu mengulangi performa apiknya seperti saat masih membela Liverpool.
Menipisnya Stok Pemain Depan
Salah satu alasan Die Roten mendatangkan Diaz adalah karena kehilangan banyak penyerang pada musim panas ini. Pemain-pemain seperti Thomas Muller, Leroy Sane, Mathys Tel, hingga Bryan Zaragoza telah memutuskan akan pindah ke klub baru di musim depan.
Saat ini praktis hanya ada empat penyerang senior di skuad The Bavarians, yaitu Harry Kane, Serge Gnabry, Michael Olise, dan Kingsley Coman.
Situasi ini diperparah dengan cederanya pemain andalan Jamal Musiala pada gelaran Piala Dunia Antarklub kemarin. Diprediksi, bintang berusia 22 tahun tersebut baru akan kembali sekitar empat sampai lima bulan lagi.
Maka dari itu, masuknya Diaz ke skuad Munchen jadi angin segar bagi tim yang bermarkas di Allianz Arena tersebut.
Kemampuan Bermain di Berbagai Posisi
Nilai plus yang dimiliki oleh Luis Diaz adalah kemampuannya untuk bermain di berbagai posisi pada lini serang, baik itu sayap kiri, sayap kanan, maupun di pos penyerang tengah sekalipun.
Bersama Liverpool, Diaz mulanya bermain sebagai sayap kiri. Ia biasa ditandemkan bersama Sadio Mane dan Mohamed Salah dan jadi ancaman nyata bagi barisan pertahanan lawan.
Seiring waktu, ia mulai diberikan peran lain di lini depan The Reds. Pelatih Liverpool Arne Slot bahkan memainkan Diaz sebagai seorang penyerang tengah pada 15 pertandingan di musim lalu.
Fleksibilitas yang dimiliki Luis Diaz tentunya memberikan opsi tambahan bagi pelatih Die Roten, Vincent Kompany dalam meracik strategi timnya untuk menjalani musim mendatang.
Cocok dengan Sistem Permainan Kompany
Pada Piala Dunia Antarklub lalu, sebuah strategi menarik ditampilkan oleh anak asuh Vincent Kompany. Mereka bermain dengan formasi 4-4-2 yang tak biasa dipakai sebelumnya, dengan Gnabry dan Kane menjadi andalan di lini depan.
Selama ini, formasi 4-2-3-1 selalu menjadi andalan skuad Die Roten di berbagai pertandingan. Kejadian di Piala Dunia Antarklub tersebut memunculkan spekulasi tentang apakah Kompany sedang menyiapkan rencana lain menuju musim depan.
Dengan datangnya Diaz, Munchen kini punya lebih banyak variasi penyerang di lini depan. Diaz dapat diduetkan dengan Kane ataupun mengisi pos kiri The Bavarians. Ia juga bisa turun sebagai nomor 10 untuk menggantikan Musiala yang absen panjang.
Tentunya akan menarik bagaimana Diaz akan ditempatkan di pos penyerangan Die Roten. Melalui kualitas yang ia miliki, bukan tak mungkin Diaz akan menjadi idola baru publik Allianz Arena.