Jakarta (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memandang, penurunan suku bunga acuan (BI-Rate) merupakan sinyal yang positif karena berdampak pada efisiensi pendanaan dan mendorong pertumbuhan penyaluran kredit.
“Penurunan BI-Rate menjadi 5,25 persen ini (bulan Juli 2025) adalah sinyal positif bagi perekonomian nasional dan juga memberikan angin segar bagi sektor perbankan termasuk BRI,” kata Direktur Utama BRI Hery Gunardi saat konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, Hery menjelaskan bahwa penurunan suku bunga acuan akan berdampak langsung terhadap penurunan cost of fund (CoF) perbankan.
BRI pun akan menyesuaikan pricing dana, terutama pada instrumen berbiaya tinggi seperti deposito, sehingga memberi ruang lebih luas untuk ekspansi pembiayaan secara selektif dan terukur.
“Dari sisi pendanaan, tren penurunan suku bunga acuan kami proyeksikan akan memperkuat likuiditas dan efisiensi struktur biaya dana,” kata Hery.
Ia menambahkan, hal ini sejalan dengan strategi BRI dalam mengoptimalkan pendanaan berbasis dana murah (current account saving account/CASA).
“Kita terus mendorong persentase CASA agar terus meningkat melalui transaction banking dan berikut juga dengan membangun ekosistem yang ada di masyarakat dan juga nasabah kita,” kata dia.
Sementara itu, dari sisi kredit, penurunan BI-Rate juga membuka peluang akselerasi penyaluran kredit melalui transmisi suku bunga pinjaman yang lebih rendah.
“Dengan CoF yang menurun, tentunya juga akan ada penyesuaian dari sisi lending rate dalam waktu yang sudah ditentukan, terutama sektor-sektor produktif seperti UMKM,” kata Hery.
Ia menegaskan, BRI juga akan terus memperkuat fokus pada segmen UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional dan memiliki ketahanan yang baik terhadap dinamika ekonomi.
BRI juga akan tetap menjalankan prinsip kehati-hatian atau prudential banking dalam penyaluran kredit agar pertumbuhan tetap sehat dan berkelanjutan.
Pada semester I 2025, BRI mencatat penyaluran kredit tumbuh 6,0 persen year on year (yoy) menjadi Rp1.416,6 triliun. Dari total kredit yang disalurkan tersebut, segmen UMKM mengambil porsi 80,32 persen.
Sementara total dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi tumbuh 6,7 persen yoy menjadi Rp1.482,1 triliun. Porsi CASA meningkat menjadi 65,5 persen dari total DPK, di mana pertumbuhan CASA mencapai 10,6 persen.
Cost of fund (CoF) tercatat membaik menjadi 3,6 persen pada akhir Triwulan II 2025. Di sisi lain, efisiensi pendanaan juga terlihat dari tingkat cost of deposit (CoD) yang berhasil dijaga di level 3,0 persen.
Baca juga: Perkuat struktur pendanaan, transaksi semua kanal BRI tumbuh positif
Baca juga: BRI cetak laba bersih sebesar Rp26,5 triliun pada semester I 2025
Baca juga: BRI Finance tingkatkan pembiayaan kendaraan baru melalui GIIAS 2025
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.