Liputan6.com, Jakarta Kompetisi BRI Super League 2025/2026 resmi digelar pada Jumat (8/8), menandai dimulainya perjalanan panjang para kontestan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia musim ini.
Pada hari pembuka, tiga pertandingan langsung menghiasi jadwal, menyuguhkan drama, gol-gol krusial, hingga kontroversi di luar lapangan.
Tiga laga yang dimainkan adalah Borneo FC kontra Bhayangkara FC, PSM Makassar melawan Persijap Jepara, serta Persebaya Surabaya menghadapi PSIM Yogyakarta.
Hasilnya cukup beragam: Borneo FC sukses mengamankan tiga poin lewat kemenangan 1-0, PSM harus berbagi angka 1-1 lawan Persikap, sementara Persebaya justru keok 0-1 di kandang sendiri.
Namun, yang membuat hari pertama ini begitu menarik bukan hanya hasil akhirnya. Ada sederet fakta unik yang tersaji, mulai dari sulitnya tuan rumah meraih kemenangan, gol-gol yang tercipta di menit-menit kritis.
Ada juga nasib PSM Makassar yang harus menjalani laga tanpa amunisi baru akibat sanksi FIFA. Simak ulasan lebih lengkapnya di bawah ini.
1. Tuan Rumah Bukan Jaminan Raih 3 Poin
Keunggulan bermain di kandang sering disebut sebagai faktor penting untuk meraih kemenangan. Dukungan suporter, atmosfer stadion yang familiar, dan adaptasi kondisi lapangan seharusnya menjadi modal besar bagi tuan rumah.
Namun, di pekan pertama BRI Super League musim ini, fakta berkata lain.
Dari tiga laga, hanya Borneo FC yang mampu memanfaatkan status tuan rumah untuk meraih kemenangan. Pesut Etam menundukkan Bhayangkara FC dengan skor tipis 1-0 lewat gol Mariano Peralta pada menit ke-66.
Sementara itu, Persebaya Surabaya dan PSM Makassar gagal mengamankan poin penuh di hadapan pendukungnya.
2. Gol-gol Menit Akhir
Hari pertama BRI Super League 2025/2026 juga diwarnai dengan gol-gol dramatis di penghujung laga. Dari empat gol yang tercipta, dua di antaranya lahir pada 10 menit terakhir pertandingan.
Satu-satunya gol yang terjadi di babak pertama adalah torehan Victor Dethan pada menit ke-8 untuk Borneo FC.
Gol-gol di menit akhir kerap disebut sebagai "gol berdarah" karena tercipta dalam situasi menegangkan. Persebaya harus menelan kekalahan di kandang setelah Ezequiel Vidal membobol gawang mereka pada menit 90+3.
Nasib serupa dialami PSM Makassar, yang kehilangan dua poin akibat kebobolan pada menit 90+9 melawan Persijap Jepara.
3. PSM Makassar Tanpa Pemain Baru
Keanehan terjadi pada daftar susunan pemain (DSP) PSM Makassar saat menjamu Persijap. Tak satu pun pemain baru tampil di laga tersebut.
Juku Eja hanya menurunkan skuad musim lalu, dengan dua pemain asing yang tersisa. Kondisi ini tentu mengundang tanda tanya mengingat bursa transfer sudah dibuka.
Ternyata, pada hari pertandingan, PSM Makassar masih dalam status sanksi FIFA. Hukuman tersebut berupa larangan transfer dan pendaftaran pemain baru akibat sengketa dengan mantan pemain mereka, Wiljan Pluim.
Situasi ini membuat pelatih harus memaksimalkan skuad yang ada tanpa tambahan tenaga segar.
4. Klub Promosi yang Kompetitif
Menariknya, semua pertandingan hari pertama melibatkan tim promosi: PSIM Yogyakarta sebagai juara Liga 2 musim lalu, Bhayangkara FC sebagai runner-up, dan Persijap Jepara sebagai peringkat ketiga.
Meski berstatus pendatang baru, ketiga tim menunjukkan performa yang layak diacungi jempol.
PSIM bahkan langsung membuat kejutan dengan menaklukkan Persebaya di Surabaya. Persijap sukses mencuri satu poin di kandang PSM.
Bhayangkara FC sebenarnya bermain cukup baik sebelum kalah tipis dari Borneo FC. Hasil ini menjadi sinyal bahwa tim promosi tidak bisa dianggap remeh musim ini.