vivo resmi genap berusia 30 tahun. Tiga dekade adalah waktu yang panjang dalam industri teknologi. Periode tersebut bisa saja raksasa lahir dan runtuh dalam sekejap.
Kisah vivo berawal dari BBK Electronics, yang didirikan pada 1995 di Dongguan, China. Fokus awal mereka bukanlah pada perangkat pintar yang kita kenal sekarang, melainkan pada alat komunikasi fundamental.
BBK merilis telepon kabel pertamanya pada 1996, diikuti oleh telepon nirkabel setahun kemudian. Keberhasilan mereka begitu pesat hingga pada 1998, bisnis telepon BBK telah menjadi yang nomor satu di China.
Ada satu momen unik pada 2008, ketika manajemen memutuskan untuk menghancurkan dengan palu seluruh stok ponsel yang belum diluncurkan karena tidak memenuhi standar kualitas internal. Tindakan drastis ini menanamkan nilai inti "kualitas di atas segalanya" yang terus dipegang teguh hingga hari ini.
"Hari ini, kami berada di Chang'an, tempat impian vivo bermula," kata Hu Baishan, Executive Vice President & COO Vivo, President of vivo Central Research Institute. "Kami di sini bukan untuk mengenang tonggak sejarah, melainkan untuk menyaksikan bagaimana vivo telah menempa jalannya sendiri selama 30 tahun kerja keras dan ketekunan."
Tahun 2011 menjadi titik balik monumental. Merek vivo secara resmi diluncurkan dengan slogan "Hi-Fi & Smart", menandai masuknya mereka ke arena smartphone yang tengah memanas. Mereka tidak masuk dengan tangan kosong.
Pada November 2012, vivo menggebrak dunia dengan vivo X1, smartphone tertipis di dunia pada masanya dengan ketebalan hanya 6,55 mm. X1 juga menjadi smartphone pertama di dunia yang menyematkan chip audio Hi-Fi profesional, menjadi fondasi kuat bagi reputasi vivo sebagai rajanya audio di perangkat seluler.
Inovasi berlanjut pada Desember 2014, ketika vivo merilis smartphone X5Max dengan ketebalan hanya 4,75 mm. Di tahun yang sama, vivo menjadi yang pertama di dunia yang memadukan bukaan lensa besar f1.8 dengan Optical Image Stabilization (OIS).
Periode ini juga ditandai dengan peluncuran Funtouch OS (2013) dan ekspansi global pertama mereka (2014), menunjukkan ambisi yang jauh lebih besar.
Memasuki paruh kedua dekade, vivo beralih dari menyempurnakan teknologi yang ada menjadi merintis teknologi masa depan. Mereka mendirikan pusat riset dan pengembangan (R&D) khusus jaringan 5G pada 2016, jauh sebelum 5G menjadi standar konektivitas komersial.
Inovasi pada pengalaman visual menjadi fokus utama. vivo X20 (2017) menjadi smartphone layar penuh 18:9 pertama di China. Terobosan berlanjut pada Januari 2018 dengan vivo X20 Plus Screen Fingerprint Edition, handphone (HP) pertama di dunia yang diproduksi massal dengan teknologi pemindai sidik jari di bawah layar.
Untuk memperkuat fondasi teknologinya, vivo mendirikan AI Global Research Institute pada Juli 2018. Langkah strategis lainnya adalah peluncuran sub-brand iQOO pada Maret 2019, yang berhasil menangkap pasar yang berfokus pada performa, dan merilis ponsel 5G komersial pertama mereka, iQOO Pro 5G, pada Agustus di tahun yang sama.
Dekade ini adalah masa vivo memanen hasil dari investasi R&D jangka panjangnya dan mengukuhkan posisinya di puncak rantai nilai teknologi.
vivo mengumumkan kemitraan strategis global dengan ZEISS, raksasa optik legendaris asal Jerman, pada Desember 2020. Kolaborasi ini melahirkan vivo X60, smartphone pertama dengan sistem kamera gabungan vivo-ZEISS.
Untuk mencapai kualitas gambar terbaik, vivo melangkah lebih jauh dengan mengembangkan chip pencitraan sendiri. Chip V1 dirilis pada September 2021, diikuti oleh V3 yang lebih canggih pada November 2023.
Berbagai inovasi ini kemudian disatukan di bawah payung merek teknologi "Blue Technology" pada November 2023. Ini mencakup banyak hal, mulai dari pencitraan, performa, hingga baterai canggih, seperti baterai semi-solid-state pe...