Tak Perlu Takut Botak Saat Kemoterapi Kanker, Dokter Onkologi: Rambut Akan Tumbuh Lagi

Liputan6.com, Jakarta Menurut dokter spesialis ilmu penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik, Profesor Ikhwan Rinaldi, kerontokan rambut adalah efek yang tidak bisa dihindari dari proses kemoterapi.

“Rambut rontok pasti. Gak mungkin gak rontok. Saya bilang kalau rambutnya gak rontok itu obatnya palsu, pasti itu,” ujar Profesor Ikhwan Rinaldi dalam Sesi Edukasi Media Terkait Tipe Kanker HER2+ di RS Gading Pluit, Jakarta Utara, Kamis (6/11/2025).

Namun, kondisi ini hanya sementara. “Tapi dia akan tumbuh lagi begitu dia tiga bulan pas kemoterapi, dia balik lagi,” lanjutnya. 

Rambut memang akan rontok selama pengobatan, tetapi setelah beberapa bulan selesai menjalani kemoterapi, pertumbuhan rambut akan kembali normal. 

Kemoterapi merupakan pemberian obat-obatan sitotoksik, yaitu obat yang dapat mematikan sel kanker untuk menekan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Pengobatan ini dilakukan agar sel kanker tidak berkembang lebih jauh ke organ lain.

Ikhwan menyebutkan, sel kanker memiliki sifat tumbuh cepat, sehingga kemoterapi dirancang untuk menekan atau menghancurkan sel-sel yang pertumbuhannya cepat.

“Obat kanker itu adalah obat yang menghancurkan pertumbuhan sel,” ujar Ikhwan.

Namun, obat kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker tapi juga sel rambut.

“Sel tubuh kita yang normal itu tidak terpengaruh sebenarnya. Tapi sel tubuh kita yang cepat pertumbuhannya misalnya, sel darah, sel darah itu bergantikan sel kulit kita, kemudian sel permukaan saluran cerna kita, dan sel rambut kita,” jelasnya.

Rambut termasuk bagian tubuh yang tumbuh cepat sehingga ikut terkena efek dari kemoterapi. Akibatnya, rambut akan rontok bahkan habis seluruhnya. Karena itu pula, banyak pasien yang memilih untuk mencukur rambutnya sejak awal pengobatan.

Ikhwan menegaskan pertumbuhan rambut akan kembali setelah pengobatan selesai. Berdasarkan kisah para pasien rambut bisa tumbuh sekitar enam bulan setelah kemoterapi selesai. 

“Banyak ya begitu, udah enam kali kemoterapi, udah enam bulan kemudian, udah tumbuh,” ujarnya.

Di kesempatan itu Ikhwan mengatakan jika kanker payudara diketahui pada stadium awal dan belum menyebar, pasien biasanya akan menjalani operasi terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi, radioterapi, terapi hormon, atau terapi target, tergantung hasil evaluasi medis.

Dengan penanganan seperti ini, angka kesembuhan bisa jauh lebih tinggi, dan pasien tidak perlu menjalani kemoterapi berkali-kali hingga kondisi memburuk.

Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak di Indonesia yang menjadi penyebab kematian akibat kanker nomor tiga di Indonesia. 

“Kanker payudara, baik di dunia maupun di Indonesia, merupakan kanker terbanyak pada wanita. Baik secara populasi wanita dan pria juga nomor satu dan merupakan juga penyebab kematian terbanyak pada populasi dunia yang disebabkan oleh kanker,” jelas Ikhwan.

Sayangnya, sebagian besar kanker payudara di Indonesia baru terdeteksi saat sudah stadium lanjut.

“Hampir 60% kita ketemunya stadium yang lanjut. Mungkin di Indonesia 70-80%, kali ya. Kalau di dunia, itu lebih kecil lagi,” ungkapnya.

Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dini. 

“Screening kanker payudara di Indonesia itu tidak umum dikerjakan oleh wanita. Biasanya itu usia mulai 30 tahun ke atas itu harus ada screening keadaannya kanker payudara,” tuturnya.