Sosok Ratu Ageng, Pembentuk Karakter Pangeran Diponegoro

1 week ago 13
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Juli 2025 ini menandai tepat 200 tahun Perang Jawa dimulai. Perlawanan pribumi yang dipimpin Pangeran Diponegoro dan berlangsung selama lima tahun ini punya dampak signifikan tak hanya terkait perlawanan terhadap kolonial Belanda namun juga soal perkembangan Islam di Indonesia. Republika menggali arsip-arsip terdahulu soal perang dahsyat yang menewaskan ratusan ribu jiwa tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat menjalani pengasingan sebagai tahanan kolonial, Pangeran Diponegoro (1785-1855) menulis autobiografi yang kemudian berjudul Babad Diponegoro.

Melalui teks yang sekarang berstatus Memory of the World versi UNESCO itu, Sang Pangeran yang bergelar Raden Mas Ontowiryo ini menuturkan perjalanan hidupnya.

Salah satu narasi dalam Babad menuturkan perihal Pangeran Diponegoro sejak berusia tujuh tahun. Dalam umur tersebut, ia diasuh nenek buyutnya, Ratu Ageng, di Tegalreja.

Kompleks Tegalreja berada sekitar tiga kilometer sebelah barat Keraton Yogyakarta. Pada 1790-an, Ratu Ageng meninggalkan Keraton menuju permukiman ini untuk menenangkan diri dari kekisruhan politik istana.

Pada waktu itu, Ratu Ageng sudah berusia 60 tahun. Adapun Diponegoro berusia sekitar enam tahun.

Sang pangeran menulis di dalam Babad. Ia mengenang nenek buyutnya itu sebagai sosok yang salehah dan berjiwa kesatria.

Ratu Ageng memang bukan perempuan biasa. Pada masa mudanya, pernah menjadi komandan regu putri pengawal raja. Selain itu, bersama dengan suaminya, Sultan Hamengkubuwono I, dia bertempur melawan Belanda hingga ditandatanganinya Perjanjian Giyanti.

Meskipun berstatus ningrat, Ratu Ageng hidup berbaur dengan masyarakat setempat. Secara tidak langsung, Pangeran Diponegoro kecil belajar kesetaraan melalui keturunan pendiri Kesultanan Bima itu.

Ratu Ageng juga memberikan teladan hidup berdikari. Dalam usia tua, sosok yang akrab dengan dunia pesantren ini tidak begitu bergantung pada Keraton.

Sawah miliknya yang diolah para petani sekitar Tegalreja mencukupi kebutuhannya. Dari ajaran Ratu Ageng pula, kata Peter Carey, Pangeran Diponegoro menjadi pribadi yang mandiri ketika dewasa. Sebagai contoh, pada awal Perang Diponegoro, sang pangeran sanggup membiayai sendiri pasukannya.

Tentu, keteladanan yang paling penting dari Ratu Ageng ialah kecintaannya pada ilmu-ilmu agama. Hal itu tak mengherankan karena perempuan ini adalah tokoh sufi. Berdasarkan riset yang dilakukan akademisi UIN Syarif Hidayatullah Prof Oman Fathurrahman, diketahui bahwa Ratu Ageng adalah seorang penganut Tarekat Syattariyah.

Berdasarkan penelitian Prof Oman atas naskah “Jav 69 (Silsilah Syattariyah)” dari koleksi Colin Mackenzie di British Library, London, Inggris, nenek buyut Pangeran Diponegoro itu disebut sebagai “Kangjeng Ratu Kadipaten.” Dalam naskah itu, nama Muslimah ini disebutkan dalam empat bait sebagai “penganut setia” Syattariyah.

Dalam konteks Kesultanan Yogyakarta, tentunya Ratu Ageng tak sendirian. Elite lainnya yang juga menjadi pengikut Tarekat Syattariyah adalah Permaisuri Hamengkubuwono II, Ratu Mas, dan ayahnya Pangeran Pakuningrat, menak keturunan Mataram yang menikah dengan anak Pakubuwono II. Demikian menurut akademisi UIN Sunan Ampel Rijal Mumazziq di laman Nahdlatul Ulama Online.

***

Read Entire Article