Jakarta, CNBC Indonesia - Pabrikan Jepang yang sudah menguasai pasar otomotif Indonesia selama puluhan tahun buka suara terkait perang harga dari brand mobil China mobil belakangan ini. Fenomena ini dapat mengancam pabrikan Jepang termasuk Toyota dan Suzuki.
Marketing Planning Deputy General Manager Toyota Astra Motor Resha Kusuma Atmaja pun buka suara dan melihatnya sebagai kompetisi di industri otomotif, sehingga pabrikan harus sadar diri bagaimana berinovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Kemudian Toyota melihat secara nationwide, kita nggak fokus ke kota besar tapi juga pedalaman yang sulit dijangkau, dan untuk merambah pedalaman tersebut dari segmen low komersial selalu kita fullfil kebutuhan masyarakat tersebut," sebut Resha dalam Dialog Industri Otomotif Nasional, Kamis (31/7/2025).
Brand China yang masuk berjualan di pasar otomotif RI dalam beberapa tahun terakhir lebih berfokus pada mobil listrik dan lebih banyak tersebar di wilayah ibu kota maupun kota besar.
"Lalu gimana dengan China interrupted? Toyota yakin kebutuhan orang berbeda-beda, yang Toyota lakukan untuk memenuhi kebutuhan semaksimal mungkin," sebut Resha.
Foto: Bursa mobil bekas WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, Kamis (24/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra)
Bursa mobil bekas WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, Kamis (24/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra)
Lebih lanjut ia menyebut bahwa secara nasional perkembangan mobil listrik (BEV) lebih banyak di kota Jakarta, tapi luar Jakarta, bahkan di Jawa pangsa pasar EV hanya 5-6%, sisanya hybrid dan mobil bensin, perkembangan itu dlihat menjadi peluang, jadi menyasar ngga ke satu area tapi seluruh masyarakat Indonesia.
"Gimana dengan banting-bantingan harga? Disini Toyota so far kita nggak pernah banting harga karena masyarakat Indonesia somehow beli mobil ngga jangka pendek tapi jangka panjang, beli mobil mostly itu pajak barang mewah sayangnya, jadi pasti consider worth it gak ya? bertahan sampai kapan? 5 tahun ke depan gimana? itu jadi pertimbangan masyarakat adi gimana total experience," kata Resha.
Tidak ketinggalan, Suzuki juga buka suara terkait fenomena perang Harga yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Managing Director PT Suzuki Indomobil Motor Shodiq Wicaksono menekankan bahwa upaya untuk melawannya dengan cara efisiensi dalam biaya produksi.
"Saya soroti dari sisi pabrik, sales yang tertekan karena perang harga kita harus berpikir kita gimana menurunkan ongkos produksi, dari sisi pabrik kita selalu berusaha untuk mencari cara turunkan biaya produksi, kalau cost turun bisa memberi harga yang lebih kompetitif," sebut Shodiq dalam kesempatan yang sama.
Meski demikian, upaya menurunkan Harga itu harus diimbangi oleh kualitas yang tetap terjaga. Pasalnya, jika kualitas menurun maka taruhannya kepercayaan konsumen ataupun pelanggan.
"Gimana kita bisa lebih efektif, efisien menurunkan biaya terkait konektvitas, memberdayakan AI, itu kita support untuk tier 1, 2, 3 untuk menurunkan harga dari segi cost tanpa kurangi kualitas, jangan sampai hilang kepercayaan," sebut Shodiq.
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mobil China Getol Serbu RI, Ternyata Jepang Masih Paling Berkuasa