St Petersburg -
Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberi kuliah umum di St Petersburg State University, Rusia. Megawati bicara soal persahabatan dan hubungan panjang Indonesia-Rusia sejak era Presiden pertama RI Sukarno.
"Hadirin yang saya muliakan, kedatangan saya di Rusia ini melekat dengan berbagai kenangan sejarah. Pertama, ketika Dr Ir Sukarno atau yang sering disebut Bung Karno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia berkunjung ke Uni Soviet pada tahun 1956, dan bertemu dengan Presiden Voroshilov. Bung Karno sunguh terkesan terhadap jalan sosialisme dan prinsip ko-eksistensi yang diterapkan," ujar Megawati di hadapan mahasiswa St Petersburg State University, Rusia, Senin (16/9/2024).
Megawati Soekarnoputri memberi kuliah umum di St Petersburg State University, Rusia Foto: Haris Fadil/detikcom
Megawati mengatakan Sukarno menerima kunjungan balasan dari Nikita Khrushchev. Menurutnya, Indonesia saat itu mendapat bantuan untuk membangun Stadion Utama Gelora Bung Karno yang menjadi terbesar di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia juga mendapatkan bantuan peralatan militer bagi integrasi teritorial kedaulatan wilayah kami. Pada saat itu, Bung Karno memberikan penghargaan Bintang Mahaputra kepada Kosmonot Yuri Gagarin. Penghargaan tertinggi tersebut selain wujud apresiasi kemajuan teknologi ruang angkasa negara ini, juga sebagai sumber keteladanan para pemuda Indonesia untuk membangun visi antariksa," ujarnya.
Dia juga mengenang pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2001 dan 2003. Mega mengatakan dirinya, yang kala itu menjabat Presiden RI, telah memperkuat kerja sama pertahanan RI dengan Rusia lewat pembelian pesawat tempur Sukhoi.
"Pesawat tempur ini sampai sekarang dalam hal teknologi, kemampuan manuver, daya presisi masih sangat unggul dan membanggakan angkatan udara kami," ucapnya.
Megawati, yang juga menjabat Ketua Dewan Pengarah BRIN dan BPIP, mengatakan RI dan Rusia selalu menjaga hal yang fundamental dalam hubungan dua negara. Hal fundamental itu, katanya, ialah hidup berdampingan secara damai.
"Hal yang fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan Rusia-Indonesia adalah komitmen untuk hidup berdampingan secara damai. Prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif. Dengan bebas aktif, kami tidak melibatkan diri dalam aliansi blok pertahanan manapun," ujarnya.
Dia menegaskan bebas aktif bukan berarti Indonesia tidak bertindak apapun dalam kancah internasional. Dia mengatakan Indonesia sejak dulu selalu antipenjajahan dan berpihak pada kemanusiaan sesuai dengan Pancasila.
"Bebas aktif bukanlah politik netralitas, namun ia berpihak pada kemanusiaan dan semangatnya antipenjajahan. Politik luar negeri bebas aktif dipandu oleh falsafah bangsa Indonesia, yakni Pancasila. Pancasila terdiri dari lima prinsip, yakni Ketuhanan, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Kebangsaan, Demokrasi, dan Keadilan Sosial," kata Mega.
"Kami bertekad membangun persaudaraan dunia. Dengan keadilan sosial, kami berjuang bagi tatanan dunia yang damai, adil, dan memperjuangkan kesetaraan antar bangsa. Ini contoh implementasi Pancasila dalam hubungan internasional," sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya: