Jakarta -
Korea Selatan mencetak rekor panas tertinggi, dua derajat celsius lebih tinggi daripada rata-rata yang pernah tercatat sepanjang sejarah. Mulai Juni hingga Agustus, suhu rata-rata di Negeri Ginseng itu mencapai 25,6 derajat celsius, menurut pengumuman Badan Meteorologi Korea (KMA), Kamis (5/9/2024).
"Itu adalah angka tertinggi sejak badan tersebut mendirikan pos pengamatan nasional untuk mengumpulkan data tersebut pada tahun 1973," katanya, dan 1,9 derajat celsius lebih tinggi dari rata-rata historis untuk periode musim panas.
"Sejak pertengahan Juni, suhu tetap lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya, bahkan selama musim hujan ketika suhu biasanya turun," kelas otoritas setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala KMA, Jang Dong-un, mengatakan perubahan iklim mengubah pola cuaca Korea Selatan.
"Kami mengalami hujan lebat selama musim hujan, dan gelombang panas yang berkepanjangan serta malam-malam tropis menyebabkan ketidaknyamanan dan kerusakan yang signifikan bagi masyarakat," kata Jang.
"Karena perubahan iklim mengubah karakteristik iklim negara kita, Badan Meteorologi Korea akan bekerja keras untuk memperkuat kemampuan pemantauan dan analisisnya terhadap kondisi cuaca yang tidak normal."
Sebagian besar dunia mengalami musim panas yang sangat panas, dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan pada Juli bahwa umat manusia sedang mengalami wabah panas ekstrem dan menyerukan tindakan untuk membatasi dampak gelombang panas yang diperparah perubahan iklim.
Korea Selatan juga mengalami malam dengan suhu panas terpanjang yang pernah tercatat, rata-rata 20,2 hari untuk periode Juni hingga Agustus, tiga kali lipat dari rata-rata sebelumnya yaitu 6,5 hari, kata KMA dalam siaran pers.
Fenomena 'malam tropis' mengacu pada malam-malam ketika suhu tidak turun di bawah 25 derajat celsius.
"Dengan masuknya udara panas dan lembap yang konsisten yang dibawa oleh angin barat daya, malam tropis terjadi tanpa penurunan suhu malam hari," kata KMA.
Seoul, ibu kota dengan penduduk sekitar 10 juta jiwa, memecahkan rekor sebelumnya dan mengalami 39 malam tropis berturut-turut pada musim panas ini, jauh melampaui rekor tertinggi sebelumnya yaitu 26 hari.
European Copernicus Climate Change Service melaporkan suhu rata-rata global dari Juli 2023 hingga Juni 2024 adalah yang tertinggi yang pernah tercatat.
Menurut International Institute for Environment and Development (IIED), jumlah hari dengan suhu mencapai 35 derajat celsius di ibu kota terbesar di dunia telah melonjak hingga 52 persen selama 30 tahun terakhir.
Para ilmuwan menekankan gelombang panas yang sering terjadi merupakan ciri khas pemanasan global, yang didorong perubahan iklim. Minggu lalu, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan memutuskan sebagian besar tujuan iklim negara itu tidak konstitusional, memberikan kemenangan penting bagi aktivis lingkungan muda, dan memaksa pemerintah untuk merevisi target iklimnya.
Para penggugat berpendapat jika Seoul tidak bergerak lebih cepat dalam mencapai tujuan iklim, generasi mendatang tidak hanya harus hidup di lingkungan yang rusak, tetapi juga harus menanggung beban pengurangan gas rumah kaca secara besar-besaran.
Hal ini, menurut gugatan tersebut, menandakan negara telah melanggar tugasnya untuk melindungi hak-hak dasar mereka.
(naf/kna)