Jakarta -
Masih banyak orang yang menganggap bahwa paru-paru basah dan pneumonia adalah kondisi yang sama. Namun, ternyata kedua kondisi yang menginfeksi saluran pernapasan itu jelas berbeda.
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan pneumonia dan paru-paru basah adalah dua kondisi yang berbeda. Pneumonia merupakan kondisi akibat radang atau infeksi yang terjadi pada jaringan paru.
"Penyakit ini dapat disebabkan bakteri seperti pneumokokus atau streptokokus, virus seperti COVID-19, dan kadang-kadang ada juga yang karena parasit," tulis Prof Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (12/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait paru-paru basah, Prof Tjandra mengungkapkan bahwa itu bukanlah istilah dari dunia kedokteran. Kondisi 'paru-paru basah' ini lebih tepat disebut sebagai efusi pleura.
Efusi pleura juga kerap disebut sebagai kondisi air di dalam paru-paru'. Ini adalah penumpukan cairan berlebih yang terjadi di dalam selaput di sekitar paru.
Pleura merupakan selaput tipis yang melapisi paru-paru dan bagian rongga dada.
"Tepatnya antara selaput yang membungkus paru yang namanya pleura viseralis dan selaput yang melapisi bagian dalam dinding dada atau pleura parietalis," jelas Prof Tjandra.
Menurut Prof Tjandra, ada tiga faktor yang menyebabkan terbentuknya cairan di paru-paru ini. Mulai dari:
- Infeksi, seperti tuberkulosis atau radang lain.
- Kanker.
- Gangguan keseimbangan protein.
Selain itu, banyak sekali mitos yang berkembang terkait kondisi paru-paru basah ini. Orang-orang percaya bahwa sering mandi malam dan kipas angin sering disebut sebagai pemicu paru-paru basah.
Namun, Prof Tjandra menegaskan semua itu hanyalah mitos belaka.
"Jadi penyebab pneumonia dan juga paru-paru basah bukanlah karena mandi malam atau kena semprot kipas angin. Ini adalah mitos belaka," tegasnya.
(sao/kna)