Jakarta -
Director of Public Affairs Huayou Indonesia, Stevanus menjadi salah satu pembicara dalam gelaran Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Baru Terbarukan (LIKE) 2, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. Pada kesempatan tersebut, ia memaparkan standardisasi rendah karbon dalam proyek Huayou Indonesia.
"Sebagai perusahaan smelter nikel yang mengutamakan prinsip ramah lingkungan, Huayou terus mengembangan teknologi dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Kombinasi antara teknologi HPAL yang canggih dengan pemanfaatan topografi medan untuk optimasi layout pabrik membuat teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) Huayou memiliki karakteristik emisi rendah karbon," ujar Stevanus dalam keterangan tertulis, Jumat (9/8/2024).
Stevanus mengungkapkan Huayou telah melakukan beberapa upaya dalam mewujudkan industri rendah karbon. Misalnya HPAL Huayou yang mengkonsumsi listrik sekitar 70%. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan proyek serupa dengan emisi karbon per unit produk hanya 1/10 dari proyek pyrometallurgy. Perlu diketahui, konsumsi listrik HPAL tersebut sebagian besar berasal dari pemanfaatan kembali limbah panas dari uap bertekanan tinggi di pabrik asam sulfat untuk menghasilkan listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui penggunaan teknologi HPAL Huayou yang canggih, emisi karbon per ton nikel dari salah satu proyek HPAL Huayou sekitar 7.4 tCO2e. Hal tersebut menjadikan teknologi HPAL Huayou smelter nikel dengan jejak karbon paling rendah di dunia.
Upaya Huayou Indonesia tersebut turut mendapatkan apresiasi dari Direktur Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan non-B3, Rosliana.
"Selain arahan untuk lebih baik mengolah bijih nikel dengan teknologi hydrometallurgy agar mendapatkan hasil produk pengolahan nikel yang lebih baik," ungkap Rosliana.
Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) Ary Sudjianto menjelaskan diskusi bertajuk 'Dukungan Standarisasi Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik Baterai' untuk melihat dukungan pemerintah yang dapat diberikan dari energi fosil ke energi listrik,
"Sekarang kita berdiskusi untuk membicarakan dukungan bagi industri hulu, terutama mulai dari proses tambang, pengolahan bijih nikel hingga mengubahnya menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik seperti yang dilakukan oleh Huayou Indonesia yang mewakili sektor hulu," ujar Ary.
Presiden RI Joko Widodo (tengah) dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto saat menghadiri Puncak Acara Festival LIKE 2 di Jakarta Convention Center, Jakarta pada Jumat (9/8) (Foto: Eva/detikcom)
Sekadar informasi, Festival LIKE 2 merupakan program yang diinisiasi Kementerian LHK dalam rangka road to Conference of the Parties (COP) ke-29 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) 2024 yang akan berlangsung di Baku, Azerbaijan, pada pertengahan November mendatang. Festival ini menjadi wadah untuk memperkenalkan hasil kerja nyata dan upaya perbaikan kebijakan serta implementasinya di sektor kehutanan dan lingkungan hidup.
Adapun tema yang diambil dalam festival yang digelar pada 8-11 Agustus 2024 dI Jakarta Convention Center Hall A & B, Senayan, Jakarta adalah '10 Tahun Kerja untuk Sustainabilitas'. Acara ini dibuka secara resmi oleh Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), Siti Nurbaya pada Kamis (8/8) dan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo saat Puncak Acara pada Jumat (9/8).
(ncm/ega)