Liputan6.com, Jakarta Newcastle sedang menjalani jeda musim yang penuh gejolak. Mereka baru saja menjuarai Carabao Cup, yakni trofi domestik pertama dalam 70 tahun dan lolos ke Liga Champions. Namun, kini dihadapkan pada masalah besar di bursa transfer. Situasi Alexander Isak menjadi sorotan utama.
Isak, sang pahlawan Wembley, justru ingin hengkang ke Liverpool. Keinginannya itu membuatnya terpinggirkan dari skuad utama dan memunculkan dilema besar bagi Eddie Howe. Hilangnya pemain terbaik sekaligus top skor musim lalu berpotensi mengubah peta kekuatan tim.
Dengan laga pembuka kontra Aston Villa hanya tinggal hitungan hari, Howe dihadapkan pada dua skenario ekstrem. Newcastle bisa mengulang kejayaan musim lalu atau justru terjebak dalam awal musim yang sulit.
Antara Euforia dan Ketidakpastian di Jeda Musim
Musim panas ini menjadi salah satu yang paling aneh dalam sejarah terbaru Newcastle. Di satu sisi, pencapaian mereka luar biasa: Mengalahkan Liverpool untuk meraih Carabao Cup dan finis di zona Liga Champions. Tambahan pemain seperti Anthony Elanga dan Aaron Ramsdale membawa optimisme baru.
Namun di sisi lain, bursa transfer mereka terasa lambat dan penuh hambatan. Beberapa target penting gagal didapatkan, menimbulkan kesan bahwa Newcastle masih belum beroperasi layaknya klub besar. Absennya sosok direktur olahraga atau CEO membuat proses negosiasi kurang efektif.
Ketidakpastian makin diperparah oleh drama Isak. Keinginannya pindah ke Liverpool dianggap wajar secara profesional, namun dampaknya bagi tim sangat merugikan. Howe bahkan mengakui situasi ini sudah menjadi distraksi bagi pemainnya.
Eddie Howe di Tengah Badai Transfer
Menjelang musim baru, Howe berusaha menjaga keseimbangan mental timnya. Ia mengingatkan bahwa penilaian terhadap bursa transfer tidak selalu mencerminkan hasil akhir di lapangan. Musim lalu, minimnya perekrutan justru diikuti pencapaian bersejarah.
Meski demikian, Howe sadar penambahan pemain tetap penting. Ia ingin mendatangkan stimulus baru yang bisa mengangkat kualitas skuad. Tetapi jika harus bertarung dengan tim yang ada saat ini, ia tetap percaya diri para pemainnya mampu membuktikan diri.
Masalahnya, absennya Isak menyisakan lubang besar di lini depan. Will Osula, yang sering dimainkan sebagai starter selama pramusim, belum punya pengalaman sebagai striker utama di Premier League. Anthony Gordon pun sempat dicoba sebagai false nine, namun kontribusi golnya musim lalu jauh di bawah Isak.
Komposisi Skuad dan Tantangan Taktis
Skuad Newcastle memiliki banyak kekuatan, terutama di lini tengah dengan Sandro Tonali, Bruno Guimaraes, dan Joelinton. Namun cedera Joe Willock dan kepindahan Sean Longstaff ke Leeds membuat kedalaman sektor ini menipis. Lewis Miley menjadi opsi darurat yang mulai kembali bugar.
Lini belakang cukup solid dengan pilihan seperti Kieran Trippier, Lewis Hall, Tino Livramento, Dan Burn, Sven Botman, dan Fabian Schar. Posisi kiper pun aman berkat Ramsdale dan Nick Pope. Sayangnya, posisi bek tengah kanan dan striker utama masih butuh pelapis berkualitas.
Laga pramusim melawan Espanyol dan Atletico Madrid memperlihatkan keseimbangan antara kekuatan dan kelemahan tim. Elanga tampil menjanjikan di sayap kanan, namun ia tetap membutuhkan target man yang tajam di kotak penalti.
Masa Depan Isak dan Pesan untuk Tim
Howe berada dalam situasi sulit terkait masa depan Isak. Menjualnya bisa memberi dana besar untuk belanja pemain, tetapi juga berisiko mengirim pesan negatif ke skuad: Bahwa pemain bisa memaksa pindah dengan mudah.
Di sisi lain, mempertahankan Isak berarti Howe harus menemukan cara untuk memulihkan hubungan dan memotivasi sang striker. Tanpa itu, keharmonisan tim yang selama ini menjadi kekuatan utama Newcastle bisa terganggu.
Kontras antara Isak yang ingin pergi dengan Elanga dan Ramsdale yang penuh semangat memperkuat Newcastle menjadi simbol dilema klub. Howe harus memastikan bahwa atmosfer positif tetap terjaga, apapun keputusan akhir terkait Isak.