Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN (kode saham: BBTN) fokus memperkuat penghimpunan dana murah (current account savings account/CASA) pada semester kedua tahun ini.
Sebagai informasi, kontribusi CASA terhadap total dana pihak ketiga (DPK) pada 2024 mencapai 54,1 persen, naik dibandingkan 2023 yang sebesar 53,7 persen. Untuk kuartal I tahun ini saja, porsi CASA mencapai 51,1 persen atau meningkat dibandingkan periode yang sama sebelumnya sebesar 49,9 persen.
“Kalau kami melihat, kalau bisa, ya, di tahun ini bisa di atas 55 persen,” kata Direktur Network & Retail Funding BTN Rully Setiawan dalam media briefing di Jakarta, Rabu.
Hingga akhir Mei 2025, DPK segmen retail BTN tercatat sebesar Rp65,65 triliun atau sekitar 93,5 persen dari target semester berjalan.
Baca juga: Rayakan HUT RI, BTN hadirkan paket kredit perumahan selama Agustus
Kontribusi DPK BTN masih didominasi tabungan institusi. Sementara pertumbuhan dana ritel individu, terutama dari tabungan transaksional, memiliki ruang yang besar untuk peningkatan.
“Target dana ritel atau nasabah perorangan itu sekitar Rp3 triliun per bulan, belum termasuk dari UMKM. Tren itu sudah terlihat sejak Juli dan diharapkan pertumbuhannya konsisten,” kata Rully.
Secara keseluruhan, imbuh Rully, BTN menargetkan pertumbuhan DPK sekitar 2 persen di atas pertumbuhan kredit.
Penguatan untuk penghimpunan dana murah dilakukan melalui sejumlah strategi antara lain mengonsolidasikan pengelolaan produk DPK, memperluas akuisisi berbasis ekosistem bisnis, serta mengakselerasi keterhubungan produk digital seperti Bale by BTN dan Bale Korpora by BTN untuk mendukung loyalitas nasabah berbasis transaksi.
Baca juga: OJK sebut proses pemisahan UUS BTN dan CIMB Niaga "on track"
Rully menegaskan bahwa penguatan dana murah dilakukan secara terukur dan berbasis eksekusi di lapangan, dengan memusatkan seluruh pengelolaan tabungan, giro, dan deposito ke dalam divisi khusus untuk pendanaan ritel.
Langkah ini bertujuan memperkuat fokus pada penghimpunan dana murah yang berkelanjutan melalui produk-produk transaksional yang efisien dari sisi biaya dana (cost of fund/CoF).
Untuk menopang pertumbuhan dana ritel, BTN mengarahkan fokus pada tiga area strategis. Pertama, menggarap potensi nasabah UMKM dan nasabah payroll berdasarkan pemetaan nasional yang ditindaklanjuti oleh unit kerja di lapangan.
Kedua, memaksimalkan potensi bisnis lokal di sekitar kantor cabang, khususnya dari sektor properti, pendidikan, dan kesehatan.
Baca juga: Bank juga nilai kemampuan nasabah bayar paylater sebelum beri KPR
Ketiga, memperkuat hubungan dengan nasabah eksisting khususnya yang terkait dengan core business BTN di Housing Ecosystem melalui peningkatan kepemilikan produk, termasuk integrasi layanan digital lewat Bale by BTN.
“Lewat pemanfaatan Bale, kami ingin memastikan setiap relasi nasabah tidak berhenti di pembukaan rekening saja, tapi berlanjut ke transaksi aktif dan hubungan jangka panjang yang produktif,” tambah Rully.
Sebagai upaya menciptakan basis pendanaan ritel yang berkelanjutan, Bale by BTN telah terhubung dengan rekening nasabah payroll sehingga memudahkan mereka dalam melakukan transaksi. Saat ini sebanyak 400.000 rekening payroll telah dikelola oleh BTN.
“Kalau sudah masuk ke BTN Payroll, layanan sudah lengkap, bisa mengajukan kredit ringan dan lain-lain. Kalau mau beli rumah, BTN siap melayani. Kami harap ke depannya Bale by BTN ini bisa menjadi marketplace untuk properti dan langsung terkoneksi payroll nasabah untuk memudahkan mereka bayar cicilan KPR,” tutur Rully.
Baca juga: Dirut: Pembagian dividen 2024 jadi komitmen BTN tingkatkan kontribusi
Masih terkait upaya mendongkrak pendanaan, BTN juga akan meluncurkan bisnis Private Banking atau segmen teratas dengan minimal rekening mulai dari Rp15 miliar karena potensinya yang masih sangat besar.
Dengan strategi yang lebih fokus, pendekatan berbasis potensi wilayah, serta penguatan lini digital dan produktivitas frontliner, BTN optimistis dapat mendorong pertumbuhan dana murah yang lebih sehat dan berkelanjutan.
“Langkah ini bukan hanya soal pencapaian angka, tapi membangun struktur pendanaan yang kokoh dan efisien untuk menghadapi tantangan likuiditas dan dinamika industri perbankan hingga akhir tahun,” tutup Rully.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.